
Sekitar 45 persen industri komponen, khususnya yang memproduksi bagian mesin motor bakar, diperkirakan akan tutup secara bertahap," ujar Yannes pada 31 Juli 2024.
BACA JUGA:Toyota Memperluas Jangkauan dengan Pembangunan Pabrik Baterai Mobil Listrik di Kyushu
BACA JUGA:Chery dan Xiaomi Luncurkan iCar V23: Mobil Listrik Terbaru dengan Harga Terjangkau
Yannes menambahkan bahwa Thailand telah lama dikenal sebagai pusat produksi mobil Jepang di Asia Tenggara.
Namun, produsen Jepang dinilai membuat kesalahan strategis dengan terlalu percaya diri pada keunggulan teknologi kendaraan konvensional.
Kebijakan subsidi mobil listrik Thailand yang lebih menguntungkan produsen China telah menciptakan ketegangan dalam hubungan antara Jepang dan China di pasar Thailand.
Produsen mobil Jepang, yang selama ini mendominasi pasar Thailand, kini menghadapi ancaman dari produsen China yang didukung subsidi pemerintah.
BACA JUGA:Bahaya dan Pentingnya Pengetahuan dalam Menangani Baterai Mobil Listrik
BACA JUGA:Mengungkap Faktor-Faktor Penurunan dan Melemahnya Penjualan Mobil Listrik Bekas
Kebijakan Subsidi Mobil Listrik Thailand Memicu Perubahan Besar di Industri Otomotif--Istimewa
Hal ini mengakibatkan hilangnya pangsa pasar dan potensi penurunan keuntungan bagi perusahaan Jepang, terlihat dari penutupan pabrik perakitan Suzuki dan Subaru di Thailand.
Di sisi lain, Yannes menilai bahwa kebijakan kendaraan listrik di Indonesia belum menunjukkan arah yang jelas.
"Di Indonesia, upaya migrasi menuju kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) masih dalam tahap wacana yang terputus-putus.
Tidak ada sinergi yang solid antar-kementerian, berbeda dengan Thailand. Selain itu, PDB per kapita Thailand pada tahun 2023 mencapai US$6.384,81, sementara Indonesia hanya US$4.919,70.
BACA JUGA:Kini Upgrade Audio Mobil Listrik Tidak Hanguskan Garansi
BACA JUGA:Antusiasme Luna Maya terhadap mobil listrik Chery Omoda E5