PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Hampir sepekan, cuaca di Sumatera Selatan mengalami cuaca yang panas tanpa diikuti oleh hujan sekalipun.
BMKG Sultan Mahmud Badarudin II mengatakan Sumatera Selatan sudah memasuki musim kemarau dibulan Juli hingga Oktober ditandai dengan potensi hujan yang sudah mengurang jauh bahkan tidak akan ada hujan sama sekali.
"Sekarang Sumatera Selatan sudah memasuki musim kemarau, dari bulan juli hingga Agustus nanti akan mengalami puncak musim kemarau, kami lihat juga potensi hujan untuk beberapa hari kedepan sudah tampak mengurang jauh dan kami prediksi kan tidak ada hujan sama sekali" kata Sinta Andayani, Koordinator Data dan Informasi BMKG SMB II.
Dari pantauan dan pengamatan Observasi Badan Meteorologi, Krimatologi dan Geofisika Sultan Mahmud Badarudin II, beberapa hari lalu musim kemarau di Sumsel berkisaran normal diantara 32 hingga 33° celcius.
BACA JUGA:Gandeng Shinta Paramita, Ahmad Rizali Pastikan Maju Pilkada Muara Muara Enim
Sinta Andayani, Koordinator Data dan Informasi BMKG SMB II--Foto : Ridho - PALTV
"Dari pantauan kami untuk derajat musim kemarau di Sumatera Selatan berkisar diantara 32 hingga 33° celcius dan ini cukup panas tapi itu masih normal" tambah Sinta andayani.
Untuk musim kemarau sendiri akan terjadi sampai bulan oktober dan puncak musim kemarau akan terjadi pada akhir bulan ini hingga bulan agustus mendatang.
Sinta Andayani juga menghimbau agar masyarakat untuk tetap waspada terhadap musim kemarau, perlunya mewaspadai dan mengantisipasi agar tidak terjadinya kebakaran hutan dan lahan, dan mengantisipasi krisis air bersih dan mengingatkan masyarakat untuk menjaga lingkungan dan bagi pertanian untuk bisa mengatur pola tanam agar tidak mengganggu pertanian.
BACA JUGA:Tak Kunjung Temukan Titik Terang, 4000 Warga Perbatasan Terancam Kehilangan Hak Pilih
"Bagi masyarakat di musim kemarau ini kita perlu mewaspadai dan mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, lalu juga minimnya pemasukan air bersih, maka dari itu kami menghimbau masyaarakat untuk tetap menjaga lingkungan agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan, serta para petani untuk menjaga pola tanam agar tidak menggangu pertanian" tutup Sinta Andayani.