Saya jual Wuling Air EV Long Range di harga Rp198 juta, sementara harga barunya sekitar Rp260 juta setelah subsidi pemerintah. Jaraknya tidak jauh kan? Jadi tidak bisa dibilang anjlok,” jelas Jerry.
Menurut Jerry, selisih harga sekitar Rp62 juta untuk mobil yang sudah berumur dua tahun adalah sesuatu yang wajar. “Untuk mobil yang umurnya 2 tahun, turunnya cuma Rp60 juta, masih wajar,” tambahnya.
Insan juga menyetujui pandangan ini, menegaskan bahwa penurunan harga mobil listrik bekas tidak signifikan. Namun, ia mengakui bahwa minat terhadap mobil listrik bekas saat ini memang rendah.
“Harga mobil listrik bekas masih standar, hanya saja peminatnya yang kurang. Stok mobil sudah lama tidak laku-laku, termasuk di showroom lain,” kata Insan.
BACA JUGA:Google Cloud Siap Bantu Tenaga Kesehatan Dengan Teknologi
Kondisi pasar yang demikian mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam transisi menuju penggunaan kendaraan listrik. Meski pemerintah dan berbagai pihak terus mendorong penggunaan mobil listrik, persepsi dan kekhawatiran masyarakat terkait baterai masih menjadi hambatan besar.
Di masa depan, mungkin diperlukan pendekatan baru untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap mobil listrik bekas.
Meningkatkan pemahaman mengenai garansi dan durabilitas baterai, serta memastikan infrastruktur pengisian daya yang lebih memadai, bisa menjadi langkah awal yang penting.
Selain itu, penurunan harga baterai melalui inovasi teknologi juga dapat membantu mengatasi kekhawatiran masyarakat.
BACA JUGA:Kiat Pintar dalam Memilih Ban Mobil yang Cocok dengan Variasi Kondisi Jalan
Saat ini, pasar mobil listrik bekas masih dalam tahap perkembangan. Dengan semakin banyaknya informasi dan pengalaman yang didapatkan masyarakat mengenai mobil listrik, diharapkan minat terhadap kendaraan ramah lingkungan ini akan meningkat.
Pada akhirnya, keberhasilan mobil listrik di pasar bekas akan sangat tergantung pada kemampuan kita untuk mengatasi tantangan yang ada dan memberikan solusi yang dapat diterima oleh konsumen. *