PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Ditilik dari fungsi praktis, bendera merupakan identitas dan jati diri dari suatu kaum atau perkumpulan.
Begitupun bagi kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) yang sudah dilegalkan di beberapa negara memiliki simbol tersendiri.
Bendera LGBT dicetuskan oleh Gilbert Baker pada 1978. Baker sendiri adalah seorang drag atau pria yang gemar memakai pakaian wanita.
Baker ditunjuk oleh Harvey Milk yang merupakan seorang gay untuk membuat bendera pada pagelaran tahunan Parade Pride di San Francisco.
BACA JUGA:Bendera Pelangi Berkibar pada Aksi WMJ 2023
BACA JUGA:Naniura, Masakan Sejenis Sashimi Ala Batak Jadi Buruan Pecinta Kuliner
Parade Pride merupakan agenda tahunan sebagai wadah para LGBT menunjukkan eksistensinya. Setelah berbagai inspirasi, Gilbert Baker mendapatkan gagasan untuk merancang desain bendera LGBT. Baker mantap memilih warna pelangi.
Perbedaan variasi warna dimaksudkan untuk mewakili keindahan kebersamaan LGBT yang tidak pandang bulu berasal dari banyak ras, usia dan gender.
Baker mengatakan bahwa ia terinspirasi dari perayaan peringatan Dua Abad Amerika Serikat tahun 1976 yang menampilkan gambar bintang dan garis sebagai simbol kaum gay, saat ia ditemui wartawan di Museum of Modern Art (MOMA) pada 2015.
Mulanya, simbol untuk kaum gay adalah bentuk segitiga berwarna merah muda. Namun, Baker enggan memakainya karena simbol tersebut digunakan pada zaman Nazi yang terkenal kejam dan sadis.
BACA JUGA:Wisata Religi Palembang, Al-Qur'an Al-Akbar Terbesar di Dunia
BACA JUGA:Ustadz Abdul Somad: Haji Cukup Satu Kali, Umroh Jangan Berkali-kali
Warna pelangi dalam bendera LBGT terdiri dari 6 warna dengan makna yang berbeda. Warna merah melambangkan kehidupan, oranye melambangkan penyembuhan, kuning melambangkan sinar matahari, hijau melambangkan alam, biru melambangkan perdamaian, dan ungu melambangkan semangat.
Pertama kali bendera ini dipamerkan di Parade Hari Kebebasan Gay San Francisco pada 25 Juni 1978. Pada parade itu, dengan bangga kaum LGBT mengibarkan Bendera Pelangi sembari pawai dan bersorak sorai mengekspresikan kebebasan. Kemudian Baker memboyong bendera tersebut ke Paramount Flag Company.
Setelah kematian Harvey Milk pada 27 November 1978, permintaan produksi Bendera Pelangi melonjak dan menjadikannya populer di seluruh dunia.