Setelah Kesultanan Demak jatuh ke tangan Kerajaan Pajang, pemimpin Demak Gething Suro dan para pengikutnya melarikan diri ke Palembang dan menetap di istana baru.
BACA JUGA:Jelang Lebaran 1445 Hijriyah, Penjualan Tiket Kereta Api Sudah Capai 89 Persen
Islam menjadi dominan di Palembang sejak saat itu. Masjid Agung Palembang dibangun pada tahun 1738 pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama, dan selesai pada tahun 1748.
Desa- desa tumbuh di tepian Sungai Musi, dan beberapa rumah dibangun di atas rakit. Kesultanan mengeluarkan dekrit yang membagi Seberang Ilir, sungai terendah tempat keraton berada, untuk penduduk Palembang, daerah di seberang sungai depan keraton adalah Seberang Ulu.
Periode revolusi kemerdekaan
Pada tanggal 8 Oktober 1945, Adnan Kapau Gani, warga Sumatera Selatan, dan seluruh perwira Gunseibu, mengibarkan bendera Indonesia dalam sebuah upacara. Pada hari itu diumumkan bahwa wilayah Palembang berada di bawah kendali Partai Republik.
Palembang merupakan tempat terjadinya pertempuran antara pasukan Republik dan Belanda pada tanggal 1 Januari hingga 5 Januari 1947, yang disebut Pertempuran Lima Hari Lima malam.
perang kota itu diduduki oleh Belanda. Selama perang terdapat tiga wilayah: Front Iliria Timur, Front Iliria Barat, dan Front Ulu. Pertempuran berakhir dengan gencatan senjata, memaksa pasukan Republik mundur 20 kilometer (12 mil) dari Palembang.
Selama pendudukan, Belanda mendirikan Negara Federal Sumatera Selatan pada bulan September 1948.[ 30] Setelah penyerahan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, Sumatera
Selatan dan provinsi-provinsi lainnya membentuk Negara Republik Indonesia Serikat sementara, namun provinsi-provinsi tersebut dibubarkan dan diintegrasikan kembali ke dalam negara kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus. 1950.
Periode Orde Lama dan Orde Baru
Pada masa Pemberontakan PRRI/Permesta, kelompok pemberontak membentuk Dewan Garuda di Sumatera Selatan pada tanggal 15 Januari 1957, dipimpin oleh Kolonel Barlian yang mengambil alih pemerintahan daerah Sumatera Selatan.
Pada bulan April 1962, Indonesia . pemerintah memulai pembangunan Ampera. Jembatan ini selesai dibangun dan dibuka resmi untuk umum oleh Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal
Ahmad Yani pada tanggal 30 September 1965, hanya beberapa jam sebelum ia dibunuh oleh pasukan Gerakan 30 September. Jembatan ini awalnya dikenal dengan nama Jembatan Bung
Karno setelah presiden saat itu, namun setelah kejatuhannya, jembatan tersebut berganti nama menjadi Jembatan Ampera. Jembatan kedua yang melintasi Sungai Musi di Palembang yaitu
jembatan Musi II dibangun pada tanggal 4 Agustus 1992.