Menurut mereka, rasa empati bukanlah sifat bawaan, tetapi bisa dikembangkan melalui kesadaran, latihan, dan keinginan untuk memahami orang lain.
Sebagai manusia, memiliki rasa empati menjadi kunci untuk membangun hubungan sosial yang kuat. Kemampuan merasakan susah dan senangnya orang lain adalah inti dari bahasa cinta yang tulus.
Melalui upaya ini, anak-anak di Palembang tidak hanya belajar bahasa Inggris dengan gembira, tetapi juga membuktikan bahwa kecil-kecil bisa berbuat besar untuk membantu sesama, bahkan di ujung dunia sekalipun.*