PALEMBANG,PALTV.CO.ID. Dalam upaya mencapai target penyaluran kredit hingga akhir tahun, permasalahan likuiditas mulai muncul di sektor perbankan. Selain itu, sentimen terkait suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) juga dapat memengaruhi likuiditas bank-bank tersebut. Untuk itu insentif dirasakan perlu ketika likuiditas mulai menipis
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) di sektor perbankan secara perlahan mulai meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa bank-bank menjadi kurang likuid. Pada Agustus 2023, LDR berada di posisi 83,38%, mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yang berada pada level 82,90%.
Untuk menjaga stabilitas likuiditas, sektor perbankan menerima insentif tambahan dari BI berupa pelonggaran Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM). Pada tanggal 5 Oktober 2023, BI memberikan insentif likuiditas makroprudensial sebesar Rp 28,79 triliun kepada 120 bank. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa masih tersedia sekitar Rp 20 triliun dari alokasi Rp 50 triliun untuk insentif likuiditas makroprudensial.
Dalam rangka insentif PLM, BI akan menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin (bps), mengurangi dari 6% menjadi 5% untuk bank konvensional dengan fleksibilitas repo sebesar 5%. Sementara itu, untuk bank syariah, suku bunga PLM akan turun dari 4,5% menjadi 3,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 3,5%.
BACA JUGA:Kenaikan BI Rate 6 Persen untuk Lindungi Rupiah, Pejuang Cicilan KPR Ketar-ketir! Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa penurunan suku bunga ini berpotensi untuk menambah likuiditas perbankan hingga mencapai Rp 81 triliun, berdasarkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sektor perbankan yang saat ini mencapai sekitar Rp 8.100 triliun. Perry juga menekankan bahwa insentif tersebut harus digunakan untuk menyalurkan kredit, bukan untuk investasi di Surat Berharga Negara (SBN).
Meskipun berbagai insentif ini diberikan, Widjaja Hendra, Direktur Bisnis PT Bank Jtrust Indonesia Tbk (BCIC), menyadari bahwa situasi likuiditas perbankan tetap menjadi perhatian. Menurutnya, dengan kenaikan suku bunga acuan BI yang mencapai 6% dan mendekati akhir tahun, likuiditas perbankan masih berpotensi menjadi lebih ketat. Bank-bank bersaing untuk menarik dana dari pihak ketiga.
Untuk mengatasi hal ini, Bank Jtrust Indonesia mulai meluncurkan program-program baru, seperti penawaran dana murah dan deposito dengan bunga yang menarik, meskipun detailnya tidak diungkapkan secara spesifik. Bank Jtrust Indonesia mencatat LDR dalam laporan keuangan terakhir per Juni 2023 berada di level 74,22%, sedikit lebih longgar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 75,72%.
Sementara itu, John Simon, Direktur Treasury PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), menyatakan bahwa kondisi likuiditas di industri saat ini secara umum masih memadai, meskipun dengan ketidakmerataan tertentu. Dia melihat insentif yang diberikan oleh BI memiliki tujuan ganda, yaitu mendorong penyaluran kredit ke sektor tertentu yang sedang dikejar pertumbuhannya oleh pemerintah dan memberikan tambahan likuiditas kepada industri yang potensial mengalami pengetatan menjelang akhir tahun.
BACA JUGA:Dampak Kehadiran E-commerce TikTok, Pedagang di Shopee Live dan Lazada Terancam Pindah Ke Tiktok CIMB Niaga memperkirakan bahwa likuiditas mereka masih terjaga cukup baik dengan LDR sekitar 85%. Mereka juga memiliki surat utang pemerintah yang dapat dijual kembali (repo) dan counterparty repo yang selalu tersedia. John Simon menyatakan bahwa CIMB Niaga selalu melakukan pemantauan terhadap indikator likuiditas dan akan mengatur insentif sesuai dengan kebutuhan.
Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, optimis bahwa insentif yang diberikan oleh regulator dan otoritas perbankan akan berdampak positif pada pertumbuhan kredit. BCA memandang bahwa likuiditas mereka masih berada dalam posisi yang memadai.
Meskipun demikian, LDR BCA telah sedikit naik dalam laporan keuangan terbaru per September 2023, mencapai 67,4% dari 63,3% pada bulan yang sama tahun sebelumnya. BCA akan terus mengelola likuiditas dengan hati-hati dan mempertimbangkan manajemen risiko, sambil menjaga ruang untuk pertumbuhan kredit di masa mendatang.*