PALEMBANG, PALTV.CO.ID- Jadi bahan perbincangan warganet baru-baru ini di sosial media karena pendapatnya sebagai dokter ahli forensik mengenai kasus Kopi Sianida yang menjerat Jessica Wongso beberapa tahun yang silam.
Kini dokter ahli forensik Djaja Surya Atmadja menjadi viral dan banyak dikagumi oleh warganet.
Nama dr. Djaja Surya Atmadja akhir-akhir ini menjadi sorotan publik karena penjelasannya mengenai kontrovesi kasus sianida yang saat itu melibatkan nama Jessica Wongso dan Mirna.
Dokter Djaja Surya Atmadja menjadi viral dikarenakan sebagai dokter ahli forensik ia mengatakan bahwa ia sangat yakin penyebab kematian Mirna Salihin bukan karena sianida.
Lahir di Jakarta pada 19 Mei 1960, dan bernama lengkap Djaja Surya Atmadja. Beliau merupakan dokter ahli forensik yang saat ini bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada tahun 2016 silam, ia terlibat dalam penanganan jenazah Mirna.
BACA JUGA:Modal Janji Nikahi dan Membelikan Rumah, Petani di OKU Timur Setubuhi Seorang Gadis 7 Kali
Dalam film investigasi yang berjudul “Ice Cold” yang sudah tayang di Netflix, dokter ahli forensik tersebut menjadi salah satu orang yang ikut membantah bahwa kematian Mirna bukan disebabkan oleh karena ia meminum kopi yang berisi sianida.
Pada saat itu ia ditugaskan untuk melalukan penelitian mengenai penyebab meninggal dunia nya Mirna. Dalam persidangan pun ia mengatakan hasil kesaksian nya dalam penelitian tersebut. Bahkan ia mengatakan bahwa tidak ada bukti dan tanda ada nya sianida di dalam tubuh Mirna.
Tetapi kesaksian nya tidak dimasukkan dalam persidangan kasus tersebut. Mulai saat itulah nama nya menjadi sorotan.
Namun, siapakah sosok dokter Djaja Surya Atmadja ini ? Mari kita lihat profil nya.
Beliau telah meraih gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1986. Selama kuliah, dr.Djaja mempunyai banyak prestasi.(*)
Setelah itu dr.Djaja melanjutkan pendidikan profesi nya dan telah meraih gelar spesialis forensik medikolegal di Universitas Indonesia pada tahun 1990.
Pendidikan nya yang begitu bagus membawanya ke Kobe University Jepang, dan saat itu ia meraih gelar doktor pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri DNA Forensik pada tahun 1995. Mendalami pengetahuan nya tentang forensik pada pada orang hidup di National School of Public Health, Utrecht, Belanda di Universitas dan melanjutkan studi hukum di Universitas Indonesia.