Tradisi Membawa Pisau di Pinggang Harus Dihilangkan, Ini Alasannya

Tradisi Membawa Pisau di Pinggang Harus Dihilangkan, Ini Alasannya

Tradisi Membawa Pisau di Pinggang Harus Dihilangkan, Ini Alasannya--pixabay.com

PALEMBANG, PALTV. CO. ID -  Terdapat pepatah gunung yang menjelaskan bahwasannya setiap wilayah tentu saja memiliki adat maupun tradisinya masing-masing. Adat dan tradisi inilah yang nantinya akan membentuk karakter maupun jati diri seseorang.

Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat suatu tradisi atau adat yang tentu saja cukup menakutkan bagi siapa saja yang sepenuhnya tidak memahami. Tradisi ataupun adat ini sebenarnya berkaitan dengan kekerasan yakni Tujah atau yang sering masyarakat sebut dengan istilah Betujahan.

Betujahan atau Tujah ini merupakan bentuk perkelahian yang mematikan dengan menggunakan senjata khusus, biasanya aksi ini biasanya dilakukan oleh segelintir orang yang terlibat perselisihan tajam serta tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah.

Sebagian besar masyarakat Sumatera Selatan tentunya memiliki sebuah kebiasaan yang terbilang cukup ekstrim dan begitu menyeramkan. Kebiasaan itu biasanya timbul bagi kaum laki-laki yang hidup dalam sebuah tradisi membawa sebilah pisau kemanapun mereka pergi. Tradisi ini konon katanya berasal dari filosofi hidup yang dianut oleh masyarakat Sumatera Selatan itu sendiri.

BACA JUGA:Lakukan Hal Ini, Daya Tahan Tubuh Anda Terjaga

BACA JUGA:Jangan Panik, Ini Cara Mengatasi Kulit yang Terbakar Sinar Matahari

Pisau tersebut dianggap sebagai seorang saudara pelindung dari situasi buruk yang tidak bias kita duga. Situasi buruk yang dimaksudkan tersebut adalah mengenai hal-hal bersifat kemasyarakatan dan sosial. 

Apabila mendapatkan sebuah ancaman dari orang jahat atau binatang buas, maka pisau ini bisa dijaikan alat untuk pembelaan diri. Oleh sebab itulah, tidak heran jika pada zaman dahulu, kaum lelaki terlihat sering membawa pisau yang terselip di pinggang kemanapun mereka pergi.

Secara umum, ada tiga jenis pisau khas dari Provinsi Sumatera Selatan yang biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai sebuah alat untuk membela maupun menjaga diri. Pisau yang paling banyak digununakan sebagai alat betujahan adalah pisau jenis belati.

Pisau ini biasanya lebih akrab disebut sebagai pisau cap garpu karena  pada bagian bilahnya, terdapat sebuah logo produk berbentuk garpu dengan ukuran 30 cm. Pisau jenis cap garpu ini cukup popular di kalangan masyarakat Sumatera Selatan khususnya bagian hilir meliputi Palembang, Sekayu, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, dan lain-lainnya.

Pisau selanjutnya adalah Kuduk. Pisau ini umumnya digunakan oleh masyarakat suku Besemah meliputi, Lahat, Pagaralam, Semendo, dan Kisam. Terkait penampakannya diduga merujuk pada bentuknya yang kokoh dan bilahnya memiliki lengkuk sekitar 20 derajat dengan permukaan tumpul yang membujur seakan runcing.

BACA JUGA:Sang Legenda Sahilin, Seniman Tembang Batanghari Sembilan Meninggal Dunia

BACA JUGA:3 Situs dengan Tingkat Radioaktif Tertinggi di Dunia

Pisau yang terakhir adalah Skin atau yang biasa disebut dengan Pisau Rambai Ayam. Pisau ini identik digunakan oleh masyarakat Suku Enim dan penampakan Rambai Ayam pada pisau ini merujuk pada bentuknya yang menyerupai bulu ekor ayam jantan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: youtube kronik nusantara