Depopulasi: Tren Global yang Mengkhawatirkan

Depopulasi: Tren Global yang Mengkhawatirkan

Depopulasi: Tren Global yang Mengkhawatirkan--free pik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Indonesia sebuah negara dengan sejarah keanekaragaman budaya dan geografis yang kaya, kini menghadapi tantangan yang lebih serius: depopulasi.

Fenomena ini tidak hanya menggerus potensi demografis negara, tetapi juga menimbulkan dampak signifikan terhadap ekonomi dan struktur sosial. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi faktor-faktor penyebab depopulasi, konsekuensi ekonominya, dan implikasi global dari tren ini.

Apa, Mengapa, dan Bagaimana Depopulasi Terjadi?

Seperti yang dibahas dalam Angellie Nabilla dalam video Childfree dan Depopulasi: Fakta atau Mitos? Dari channel Malaka Project, depopulasi adalah kondisi di mana tingkat kelahiran di suatu negara atau wilayah menurun secara signifikan.

BACA JUGA:Mengapa AC Mobil Mengeluarkan Bau Tidak Sedap? Temukan Jawabannya

Di Indonesia meskipun saat ini masih dianggap relatif aman dengan angka kelahiran sekitar 2,15 per wanita, angka tersebut menghadapi penurunan perlahan dalam kecenderungan kelahiran.

Negara lain seperti Korea, Cina, dan Jepang sudah mengalami penurunan yang lebih drastis, dengan angka kelahiran di bawah ambang ideal 2,1 anak per perempuan.

Penyebab depopulasi sangat kompleks dan meliputi berbagai faktor. Pertama-tama, tren Childfree atau keputusan sukarela untuk tidak memiliki anak semakin populer, terutama di kalangan anak - anak muda atau Gen Z.

Alasan-alasan seperti ketidaksiapan finansial, mental, atau kurangnya pasangan hidup menjadi faktor utama yang menghambat keinginan untuk memulai keluarga. Namun, tidak semua yang tidak memiliki anak adalah Childfree. Banyak juga yang terpaksa menunda karena berbagai kendala sosial dan ekonomi yang sulit.

BACA JUGA:Jendela Budaya Karya Sastra Membuka Pintu Menuju Berbagai Tradisi dan Kepercayaan

Konsekuensi Ekonomi dan Sosial

Depopulasi membawa implikasi ekonomi yang serius. Secara global, penurunan populasi mengarah pada apa yang disebut "generasi sandwich", di mana jumlah orang lanjut usia yang perlu diurus oleh jumlah generasi produktif semakin bertambah.

Contohnya terlihat di Jepang dengan populasi yang semakin tua dan sedikit anak muda yang bisa menggantikan mereka. Hal ini tidak hanya mengancam ketersediaan tenaga kerja produktif tetapi juga dapat melambatkan pertumbuhan ekonomi karena kurangnya konsumsi dan investasi.

Di tingkat mikro, depopulasi juga dapat mempengaruhi pasar properti dan infrastruktur. Misalnya, di Jepang, di mana depopulasi telah menyebabkan beberapa daerah mengalami "bubble" properti karena permintaan akan rumah terus menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber