Perjuangan Umat Kristen Gaza Merayakan Natal di Bethlehem di Tengah Pembatasan Israel

Perjuangan Umat Kristen Gaza Merayakan Natal di Bethlehem di Tengah Pembatasan Israel

Umat Kristen Palestina merayakan Natal di kota Bethlehem.-Tangkapan layar XinhuaVideo-Xinhua News

BETHLEHEM, PALTV.CO.ID – Merayakan Natal bersama keluarga tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi umat Kristen. Begitu pula kiranya harapan umat Kristen di Palestina.

Namun, tidak semua umat Kristen Palestina dapat merayakan Natal dengan gembira bersama keluarga dan sahabat. 

Di bawah kekuasaan otoritas pendudukan Israel yang melakukan pembatasan ketat, umat Kristen di Gaza harus mendapatkan izin untuk melakukan perjalanan ke Tepi Barat.

Agar tetap dapat merayakan Natal bersama keluarga, umat Kristen yang terbentur perizinan mengaku terpaksa menempuh prosedur yang memalukan dan ilegal.

BACA JUGA:Tentara Pendudukan Israel Renggut Nyawa Pesepak Bola Muda Palestina di Tepi Barat

Dari laporan Xinhua News mengenai perayaan Natal publik di Bethlehem (25/12/2022), terungkap bahwa orang-orang Kristen di Gaza tidak mudah untuk bergerak bebas dari pesisir yang terkepung dan mencapai Tepi Barat, untuk bergabung dalam perayaan Natal publik yang diadakan di kota Bethlehem.

Perayaan Natal di Bethlehem dimulai pada 25 Desember hingga 7 Januari, sebagai hari raya keagamaan yang sakral dan fenomena budaya dan komersial di seluruh dunia.

Pembatasan Israel yang diberlakukan di Gaza, telah mencegah puluhan orang Kristen bergabung dengan orang yang mereka cintai untuk merayakan festival mereka.

Warga Kristen Gaza Maged Tarazi saat diwawancarai Xinhua News mengatakan bahwa ia salah seorang yang terdampak isu perizinan oleh otoritas pendudukan Israel. Tarazi mendapat izin pergi ke Tepi Barat, namun isteri dan puteranya tidak mendapat izin.

BACA JUGA:Mengenal Mainan Anak-anak Rusia Boneka Nevalyashka

“Saya adalah salah satu dari mereka yang terdampak oleh izin yang dikeluarkan oleh Israel, karena saya memperoleh izin untuk pergi ke Tepi Barat, tetapi baik istri maupun putra saya tidak mendapatkan izin.”

Menurut Tarazi, agar tetap dapat merayakan Natal bersama keluarga, ia terpaksa menempuh prosedur yang memalukan dan ilegal.

“Jadi saya bertanya-tanya tentang alasan yang menyebabkan prosedur yang memalukan dan ilegal tersebut.”

Pada 2007, setelah Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengambil alih secara paksa wilayah Gaza yang berpenduduk lebih dari 2,3 juta jiwa, otoritas pendudukan Israel memberlakukan blokade ketat di wilayah itu. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: xinhua news