3 Budaya Jepang yang Unik untuk Sambut Bulan-Bulan yang Bermakna

3 Budaya Jepang yang Unik untuk Sambut Bulan-Bulan yang Bermakna

3 Budaya Jepang yang Unik untuk Sambut Bulan-Bulan yang Bermakna-freepik-freepik

Matsuri berarti pemujaan atau pemujaan terhadap kami. Ajaran agama Shinto mencakup empat bagian matsuri: harai (doa), persembahan, norito (cek doa) dan makanan.

BACA JUGA:7 Kebiasaan Tanpa Disadari Makanan Tidak Sehat yang Sebaiknya Dihindari

Saat ini, dalam budaya internasional, Matsuri mengacu pada pesta atau festival yang dirayakan. Matsuri ini berasal dari pendeta Shinto yang memuja individu atau kelompok di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain. 

Maksud dan tujuan merayakan festival ini adalah untuk mendoakan panen yang baik, kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dari penyakit, dll.

Tak hanya itu, Matsuri  juga diperingati sebagai  perayaan adat yang berkaitan dengan berlalunya musim atau mendoakan arwah orang-orang terkenal.Matsuri yang sama dirayakan di banyak tempat di Jepang.  

Matsuri biasanya diadakan di kuil, namun ada juga yang mengadakan festival di gereja  atau mengadakan matsuri tanpa tema keagamaan. 

Waktu  dan makna acara Matsuri juga berbeda-beda tergantung tema acara dan wilayahnya. Seiring berjalannya waktu, pelaksanaan matsuri ini seringkali melenceng dari maksud dan tujuan semula. Namun di balik layar, aspek budaya Jepang tersebut masih bertahan hingga saat ini.


3 Budaya Jepang yang Unik untuk Sambut Bulan-Bulan yang Bermakna-freepik-freepik

2. Upacara Minum Teh (Sadou)

Ada dua cara tradisional minum teh atau Sadou: Ochakai dan Chaji. Upacara minum teh Okakai kurang formal, masyarakat Jepang sering mengundang teman atau keluarga untuk mengikuti kegiatan Okakai untuk merayakan kesuksesan atau sejenisnya.

Dan Chaji juga merupakan upacara minum teh yang sangat formal dan  sakral, yang biasanya berlangsung lebih dari empat jam. Awalnya upacara minum teh berasal dari agama Buddha (Zen) yang diperkenalkan oleh Tiongkok pada abad ke 6. 

Cara ini  dilakukan oleh orang Jepang hingga abad ke 12 ketika ditemukan  teh matcha jenis baru, yaitu teh yang terbuat dari  teh hijau bubuk.

Akhirnya pada abad ke-16, upacara minum teh  menyebar ke seluruh masyarakat Jepang dan menjadi tradisi yang berlanjut di Jepang hingga saat ini.

BACA JUGA:Avanza 2023, Transformasi SUV yang Menyasar Keluarga Muda

Orang Jepang dengan segala kebanggaannya akan selalu berusaha menjaga budaya  ini tetap di kancah dunia. Sadou, atau budaya teh, adalah tradisi untuk proses ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber