Apa Saja Yang Dikatakan Filsuf Tentang Uang?. Mana Yang Lebih Dekat Dengan Pandangan Islam

Selasa 05-09-2023,09:55 WIB
Reporter : Hanida Syafrina
Editor : Hanida Syafrina

3. Marcus Tullus Cicero atau Cicero yang merupakan ahli pidato latin yang berprofesi sebagai penulis, dan merupakan negarawan Romawi Kuno.

Cicero yang lahir 3 Januari 106 SM ini dikenal juga sebagai orator yang terampil dalam retorika. Zaman itu, Cicero juga sudah berprofesi sebagai pengacara.

Pendapatnya tentang uang cukup sederhana ,’’ Uang Adalah Otot dari Perang’’.

Bagaimana dia menggambarkan uang sebagai kekuatan penting dalam menghadapi tantangan dan permasalahan.

BACA JUGA:Mulai Main Saham? Untuk Pembelajaran Pilih Platform Investasi yang Modalnya Kecil Dulu

Dari beberapa contoh pendapat filsuf di atas, ada satu pendapat yang terkenal dan istilah ini sangat mendunia. Bahkan pandangan Islampun sangat mendukung pendapat filsuf ini.

''Uang itu seperti Air laut Semakin banyak anda minum semakin haus anda''. Pandangan Filsuf Schioenhouer tentang uang ini lebih dekat dengan pandangan Islam.

Filsuf terkenal abad ke-19, Arthur Schopenhauer, yang dikenal dengan pemikiran pesimisnya tentang eksistensi manusia, memberikan pandangan unik tentang peran uang dalam kehidupan manusia.

Dalam karyanya yang terkenal, "Kedua Belas Buku Tentang Kehidupan," Schopenhauer menggali pemahamannya tentang hubungan antara uang dan kebahagiaan manusia.


Beberapa Filsuf berpendapat tentang uang. Filsuf Schopenhauer pendapatnya mendekati pandangan Islam tentang uang--instagram.com/@filsuf schopenhauer

BACA JUGA:Hendri Zainuddin Ditetapkan Sebagai Tersangka dalam Dugaan Korupsi KONI Sumsel, Tidak Dilakukan Penahanan

Schopenhauer, yang sering kali dianggap sebagai filsuf pesimis, memandang uang sebagai alat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Namun, ia berpendapat bahwa manusia sering kali keliru dalam menganggap uang sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Schopenhauer memperingatkan bahwa pencarian kekayaan yang tidak berkesudahan dapat mengakibatkan penderitaan psikologis dan ketidakpuasan yang mendalam.

Ia menyatakan bahwa kebahagiaan sejati terletak dalam kemampuan untuk mengejar hobi, kegiatan kreatif, dan hubungan sosial yang bermakna, bukan dalam akumulasi harta.

BACA JUGA:Usut Dugaan Korupsi Pasar Cinde, 3 Pentolan PD Pasar Palembang Jaya Diperiksa Kejati Sumsel

Kategori :