PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Di Pulau Kalimantan, legenda tentang hantu kuyang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari 'budaya' dan kepercayaan penduduk setempat.
Hantu ini biasanya digambarkan sebagai sosok wanita yang memiliki kemampuan untuk melepas kepala dari tubuhnya dan terbang bersama dengan organ tubuh seperti jantung, hati, usus, dan ginjal. Ketika kuyang terbang di malam hari, seringkali terlihat cahaya merah atau api kecil yang mengikutinya.
Menurut laporan dari Tirto.id, kuyang sebenarnya adalah manusia biasa saat siang hari dan hidup dalam lingkungan sekitarnya. Namun, pada malam hari, hantu ini bergentayangan dengan membawa hanya kepala.
Kumpulan Kisah Nyata Hantu di 13 Kota karya Argo Wikanjati menggambarkan kuyang sebagai hantu yang suka menghisap darah bekas persalinan ibu atau bahkan darah bayi yang baru dilahirkan.
BACA JUGA:Hendak Cari Adik di Rumah yang Terbakar, Seorang Pemuda di Palembang Diduga Mengalami Keracunan Asap
BACA JUGA:10 Rumah Habis Dilahap ‘Si Jago Merah’ di Lorong Terusan 1 Seberang Ulu I Kota Palembang
Dikatakan bahwa kuyang memiliki dua taring di sisi mulutnya. Hantu ini sering mencari mangsa pada malam hari dan bisa berubah menjadi burung atau kucing untuk mengelabui korban.
Cerita tentang kuyang memiliki beberapa versi. Salah satunya mengisahkan tentang seorang perempuan yang gemar berenang saat air pasang. Namun, dia diutuk oleh orang tuanya karena kebiasaannya tersebut, dan berubah menjadi hantu kuyang.
Masyarakat Banjar percaya bahwa kuyang takut pada bawang merah, terutama bawang merah tunggal, serta benda-benda seperti cermin, sisir, pisau, dan rumput jariangau.
Untuk melindungi diri dari gangguan kuyang, mereka sering meletakkan benda-benda ini di sekitar ibu yang baru melahirkan atau bayi yang baru lahir.
BACA JUGA:Rampas Ponsel di Jalan Raya, Remaja di OKU Selatan Diringkus Polisi
Sebuah meme mengenai penyelamatan Kuyang yang terancam punah akibat rencana perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Pulau Kalimantan.--instagram.com/@wargabanua
Tali ijuk juga diyakini bisa menjauhkan kuyang dan makhluk halus. Dalam budaya Banjar, tali ijuk digunakan sebagai tali ayunan bayi untuk mencegah gangguan kuyang.
Bahkan, tali ijuk dapat digunakan sebagai pelindung rumah dengan mengikatkannya di sekitar bagian atas rumah.