PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda di Dago Pakar, Kota Bandung, Jawa Barat, menawarkan pesona alam yang menakjubkan. Pengunjung dapat merasakan kedamaian alam yang menyejukkan saat mengunjungi destinasi wisata ini.
Namun, pesona alam bukanlah satu-satunya hal yang ditawarkan oleh kawasan hutan Indonesia ini. Di dalamnya terdapat Gua Jepang, sebuah peninggalan bersejarah dari masa penjajahan yang tersembunyi di tengah hutan Djuanda.
Atmosfer di dalam Gua Jepang penuh dengan kelembaban dan kegelapan. Terdapat berbagai terowongan kecil, bekas penjara, rel kereta, dan bahkan rantai-rantai besar yang dulu digunakan dalam masa kerja paksa romusa.
Konon, Gua Jepang ini dianggap memiliki aura yang angker. Legenda dan kisah-kisah turun-temurun mengisahkan keberadaan arwah tentara Jepang dan warga yang mengalami penderitaan dan kematian tragis di dalamnya.
BACA JUGA:Tepis Soal LHKPN, Kepala Kejati Sumsel Tegas Katakan LHKPN Sudah Capai 100 Persen
BACA JUGA:Aliansi Ormas Aktivis Sumsel Dukung dan Pertanyakan LHKPN Pejabat Kejati Sumsel
Tak hanya itu, terdapat juga mitos yang mengelilingi tempat ini. Salah satu larangan adalah untuk tidak menyebut kata 'lada'.
Diyakini bahwa menyebut kata tersebut dapat memicu kejadian supernatural seperti kesurupan atau munculnya sosok menyeramkan.
Seorang musisi dan penulis bernama Risa Saraswati, melalui saluran YouTube-nya "Jurnal Risa", melakukan eksplorasi di Gua Jepang pada malam hari.
Meskipun awalnya ragu karena atmosfer mistis yang kuat, Risa dan timnya memutuskan untuk mengunjungi tempat ini atas permintaan para pelanggan salurannya.
BACA JUGA:Update Shio Besok Selasa 29 Agustus 2023: Shio Ayam Khawatir, Shio Kelinci Tebar Pesona
Dalam perjalanan mereka, Angga, Nicko, dan Kakang memasuki Gua Jepang dan mengucapkan kata 'lada' dalam percobaan interaksi.
Tindakan ini menyebabkan Nicko merasuki oleh entitas supernatural di dalam gua. Melalui dia, cerita tentang larangan menyebut kata 'lada' terungkap.
Ternyata, 'lada' adalah seorang tokoh terhormat di masa lalu, dan sebab itu namanya diucapkan dengan penuh hormat. Mitos di sekitarnya semakin menjadikannya sebagai simbol sakral di kawasan tersebut.