Selanjutnya, sekitar 9,23 persen perempuan berusia 20-24 tahun telah menikah sebelum berusia 18 tahun (Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas 2021).
Hanya ada enam negara di dunia di mana lebih dari 50 persen anggota parlemennya adalah perempuan. Lebih dari dua pertiga dari 800 juta orang yang tidak dapat membaca di dunia adalah perempuan.
"Suara perempuan dan anak perempuan sangat penting untuk didengar, baik itu dalam konteks pembangunan dan kemanusiaan, baik di dunia maya maupun di dunia nyata," kata dr. Hasto sambil menegaskan bahwa kemajuan dalam kesetaraan gender harus diwujudkan.
Dr. Hasto menjelaskan bahwa kemajuan dalam kesetaraan gender berarti semua elemen masyarakat harus mendengarkan suara perempuan, anak perempuan, dan kelompok yang terpinggirkan lainnya, untuk memahami tantangan yang mereka hadapi dalam mewujudkan impian dan potensi mereka.
BACA JUGA:Warga Air Lintang Keluhkan Bus Antar Jemput Karyawan Tambang
BACA JUGA:Polres Muara Enim Grebek 4 Lokasi Gudang BBM Ilegal
Terlalu sering, hambatan dan tantangan ekonomi yang dihadapi perempuan dalam hal hak dan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk akses terbatas terhadap kontrasepsi, telah menghalangi perempuan dalam menciptakan keluarga sesuai keinginan mereka, yang pada akhirnya mengancam otonomi tubuh mereka dan masa depan global.
Dr. Hasto menyatakan bahwa pemerintah harus melindungi hak-hak perempuan dan anak perempuan serta kemampuan mereka dalam membuat pilihan berdasarkan undang-undang dan kebijakan, guna memastikan populasi global yang lebih inklusif dan kuat.
Pemberdayaan perempuan dan anak perempuan dalam menggunakan hak-hak mereka dan mengambil keputusan, terutama dalam hal otonomi tubuh, memiliki dampak langsung dalam membangun dunia yang lebih baik. Hal ini akan memungkinkan lebih banyak orang untuk hidup tanpa kekerasan dan mencapai potensi optimal mereka.
Menurut Bank Dunia, menutup kesenjangan gender dalam bidang pekerjaan dapat meningkatkan produk domestik bruto (PDB) per kapita hingga 20 persen secara rata-rata di masa depan.
Perempuan dan anak perempuan merupakan 49,7 persen dari populasi global. Di Indonesia, 50,48 persen penduduk adalah perempuan dan anak perempuan (Dukcapil Kemendagri 2022).
Dalam rangka memperingati HKD 2023, UNFPA Indonesia dan BKKBN akan menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk kunjungan ke Kampung KB Delima di Desa Karangampel Kidul, Kec. Karangampel, Indramayu, Jawa Barat, dan dialog dengan perempuan dan anak perempuan setempat.
Dalam upaya memperingati Hari Kependudukan Dunia 2023, tujuan kegiatan yang diusung adalah untuk mengedepankan kesetaraan gender dalam memastikan hak dan pilihan bagi perempuan dan anak perempuan, serta memperkuat suara mereka dalam mengadvokasi hak dan pilihan yang dimilikinya.
Selain itu, kegiatan tersebut bertujuan untuk mendorong akses dan peluang yang lebih setara bagi perempuan dan anak perempuan, sehingga mereka dapat memperkuat hak-hak, pilihan, dan kemampuan dalam mengambil keputusan terkait kesehatan dan kehidupan seksual serta reproduksi mereka.
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai ketidaksetaraan gender dan dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perempuan dan anak perempuan.(*)