Kemampuan untuk berinteraksi dengan asisten digital semudah berbicara dengan teman,--Freepik.com
Blanchard membayangkan adanya semacam pusat kendali (hub) yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI hanya lewat suara, tanpa koneksi internet.
“Kita tak bisa terus mengandalkan cloud,” ujarnya, dengan mengacu pada kekhawatiran terkait keandalan, keamanan, biaya, dan dampak lingkungan karena tingginya konsumsi energi.
BACA JUGA:Jelang Kepulangan, Jemaah Haji Diminta Waspadai Suhu Panas
BACA JUGA:Angka Stunting di Sumsel Turun Signifikan jadi 15,9 Persen
“Energi di dunia ini tidak cukup untuk itu, jadi kita perlu mencari solusi lokal,” tambahnya.
Howard memperkirakan akan ada persaingan ketat untuk menciptakan perangkat pribadi AI yang paling diinginkan.
Mengingat keterbatasan jumlah perangkat yang bersedia dipakai orang serta potensi rasa kewalahan.
Perangkat keras baru khusus AI mungkin bukan solusi yang jelas, namun menurut Julien Codorniou.
Mitra di firma modal ventura 20VC sekaligus mantan eksekutif Facebook, OpenAI punya dana dan talenta untuk mewujudkannya.
BACA JUGA:Warga OKI Heboh Penemuan Mayat Perempuan di Hutan
BACA JUGA:YBM PLN Tebar Berkah Daging di Lubuk Keliat, Ogan Ilir
OpenAI baru-baru ini merekrut mantan eksekutif Facebook sekaligus CEO Instacart, Fidji Simo, sebagai kepala divisi aplikasi. Ia akan bertugas menjawab tantangan seputar perangkat keras AI.
Banyak pihak memperkirakan suara akan menjadi cara utama bagi orang dalam berinteraksi dengan AI.
CEO Google Sundar Pichai telah lama menggambarkan visinya tentang “komputasi ambien,” di mana teknologi menyatu tak terlihat dalam keseharian, siap digunakan kapan saja.
“Tak perlu lagi mengetik atau menyentuh layar jika kita bisa cukup berbicara,” ujar Blanchard.