BACA JUGA:Atlet Disabilitas Sumsel Berbagi Kepada Pengguna Jalan Khususnya Ojol
Kekhawatirannya adalah bahwa ChatGPT dan alat penulisan AI lainnya dapat memfasilitasi kecurangan dan melemahkan kemampuan literasi serta pemikiran kritis.
Terlebih lagi karena saat ini belum ada alat yang benar-benar andal untuk mendeteksi teks yang dibuat AI.
Sebagai tanggapan atas kekhawatiran tersebut, kami tertarik untuk mengetahui sejauh mana AI mampu meniru gaya penulisan esai manusia, terutama dalam cara penulis membangun hubungan dengan pembaca.
Perbedaan Utama dalam Keterlibatan Pembaca
Tim peneliti menganalisis 145 esai yang ditulis oleh mahasiswa dan 145 esai yang dihasilkan oleh ChatGPT.
BACA JUGA:Kamera Depan Jernih dan Belakang Tajam! Ini Review Jujur Tecno Pova 7 Ultra
BACA JUGA:Tecno Pova 7 Ultra: Audio Stereo Dolby Atmos Tapi Masih Kurang Lantang?
Kami sangat tertarik melihat apa yang kami sebut sebagai ‘penanda keterlibatan’ seperti pertanyaan dan komentar pribadi,” ujar Prof. Hyland.
Ketiadaan wawasan pribadi dan pemikiran kritis yang bernuansa menjadi pembeda utama--Freepik.com
“Kami menemukan bahwa esai yang ditulis oleh mahasiswa secara konsisten menampilkan beragam strategi keterlibatan, sehingga terasa lebih interaktif dan persuasif.
Esai tersebut dipenuhi dengan pertanyaan retoris, sisipan pribadi, dan ajakan langsung kepada pembaca – semua teknik ini meningkatkan kejelasan, keterhubungan, dan menghasilkan argumen yang kuat.
Sebaliknya, meskipun esai yang dihasilkan oleh ChatGPT memiliki kelancaran bahasa yang baik, gaya penulisannya terkesan kaku dan tidak menyentuh aspek personal.
BACA JUGA:Panen Raya Jagung Serentak Komitmen Polres OKU Dukung Swasembada Pangan Nasional
BACA JUGA:Walikota Prabumulih Lantik 70 ASN dalam Mutasi Perdana Tahun 2025
Walaupun AI dapat menirukan gaya penulisan akademik, ia tetap kesulitan menyampaikan sentuhan pribadi maupun mengungkapkan sudut pandang yang jelas terhadap suatu isu.