Varian SU7 Ultra, yang menjadi model tertinggi, menawarkan spesifikasi yang mendekati kelas premium dengan harga hampir Rp1,2 miliar.
Sementara varian Standard tetap memberikan pengalaman berkendara khas Xiaomi dengan harga sekitar Rp488 jutaan.
BACA JUGA:PLN Berhasil Pulihkan 100% Kelistrikan Bali, Seluruh Pelanggan Kembali Menyala
BACA JUGA:Gubernur Bali Apresiasi Gerak Cepat PLN Atasi Gangguan Kelistrikan
Strategi ini memungkinkan perusahaan menjangkau pengguna dari kalangan menengah hingga atas, dan memperluas pasar mereka dengan cepat di Tiongkok dan negara lainnya.
kekuatan Xiaomi dalam mempertahankan konsistensi performa penjualan --ilustrasi pribadi
Namun, keberhasilan penjualan ini juga membawa tantangan besar dalam hal produksi. Lonjakan permintaan yang luar biasa menyebabkan waktu tunggu yang cukup panjang bagi konsumen.
Saat ini, masa tunggu untuk mendapatkan unit SU7 bisa mencapai hingga 40 minggu, meningkat tajam dibandingkan rata-rata 30 minggu saat peluncuran awal.
Hal ini menjadi catatan penting bagi Xiaomi untuk segera meningkatkan kapasitas produksinya agar tidak kehilangan momentum pasar.
BACA JUGA:Tragis! Tongkang Tak Bermuatan Hantam 6 Rumah Warga di Gandus
BACA JUGA:Dituduh Sebagai Mafia Sawit dan Pencuri, Indarso Angkat Bicara Lewat Kuasa Hukum
Sebagai tanggapan terhadap tantangan tersebut, Xiaomi sedang melakukan ekspansi fasilitas manufakturnya di kawasan Yizhuang, Beijing.
Target kapasitas produksi dinaikkan menjadi 300.000 unit per tahun. Perusahaan juga tengah mempercepat proses otomatisasi dan mendorong para pemasok komponen untuk meningkatkan kapasitas pasokan.
Seluruh langkah ini diambil untuk mendukung ambisi mereka menjual 350.000 unit kendaraan listrik hingga akhir tahun 2025.
Tidak berhenti pada SU7, Xiaomi juga sedang mempersiapkan kehadiran produk terbarunya, YU7. Mobil ini mengambil segmen SUV yang tengah naik daun secara global.
BACA JUGA:Waspada !! Modus Ajak Bekerja, Pria di Palembang Jadi Korban Penggelapan Motor