PALTV.CO.ID,- DeepSeek sebuah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang bersifat open source, dinilai memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang.
Di satu sisi, sifat sumber terbukanya memungkinkan transparansi dan inovasi yang lebih cepat, namun di sisi lain, hal tersebut juga dapat menjadi celah bagi kejahatan siber.
Hal ini diungkapkan oleh peneliti keamanan dari Kaspersky GReAT, Leonid Bezvershenko, yang menilai bahwa DeepSeek berpotensi menjadi alat yang disalahgunakan untuk tujuan berbahaya.
Open Source: Pedang Bermata Dua
BACA JUGA:Dampak Negatif Fast Charging pada Mobil Listrik yang Harus Diketahui
BACA JUGA:Permintaan EV Meroket, Ini Daftar 5 Mobil Listrik Terlaris
Bezvershenko menjelaskan bahwa tren pemanfaatan model kecerdasan buatan open source untuk aktivitas siber berbahaya bukanlah hal baru.
Model AI yang bersifat terbuka sering kali dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, termasuk pembuatan email phishing, penerjemahan teks secara otomatis, hingga menyusun skrip berbahaya.
Ia menambahkan bahwa penggunaan AI open source dapat mempercepat produksi konten siber yang lebih persuasif dan berbahaya.
"Kami telah mengamati pola serupa pada model AI lainnya yang digunakan dalam kampanye siber berbahaya.
BACA JUGA:Jepang Manfaatkan Robot untuk Merawat Lansia di Masa Depan
BACA JUGA:5 Sepeda Motor Terlibat Aksi Balap Liar Diamankan Satlantas Polres Muara Enim
Teknologi ini dimanfaatkan untuk menyusun pesan phishing yang lebih meyakinkan, menulis skrip serangan, dan melakukan pengumpulan data dari sumber terbuka," kata Bezvershenko dalam keterangan tertulisnya pada Kamis, 30 Januari 2025.
Salah satu kekhawatiran utama yang disoroti adalah bagaimana data pengguna ditangani dalam sistem open source.
Saat sebuah alat sumber terbuka digunakan, tidak ada jaminan bahwa data pengguna tetap aman, terutama jika telah dimodifikasi atau disebarluaskan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.