PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Palembang sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Pada 17 Juni 2023, Pemerintah Kota Palembang dan sebagian besar masyarakat merayakan hari jadi Kota Palembang ke-1340.
Menurut penelitian dari budayawan terkemuka Dr A Erwan Suryanegara Msn, dalam sebuah dialognya bersama PALTV pada Senin, 19 Juni 2023 di acara talkshow Halo Palembang, hari jadi Kota Palembang bukan 17 Juni dan bukan 1340 tahun.
Pada awalnya, hari jadi Kota Palembang ini ditentukan berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti peninggalan Kedatuan Sriwijaya ini menyimpan penanggalan yang valid, yaitu tanggal 16 Juni 604 Saka atau 682 Masehi. Dengan demikian, Pemerintah Kota Palembang menjadikannya sebagai acuan seperti akte kelahiran kota ini.
Prasasti Kedukan Bukit menjadi salah satu penanda keberadaan Palembang sebagai salah satu kota tertua di Indonesia.
BACA JUGA:Rahasia Tersembunyi! 14 Cara Menjaga Paru-paru Anda dari Ancaman Polusi Udara yang Mematikan!
BACA JUGA:8arcode Resto & Beer House Palembang Menyajikan Menu Lokal Hingga Internasional
Dr A Erwan Suryanegara MSn dalam program Halo Palembang di Studio 2 PALTV, Senin (19/6/2023).-Juliadi Azwan-PALTV
Namun pada masa kemerdekaan, Walikota Palembang saat itu, RA Arifai Tjek Yan, membentuk Panitia hari jadi Kota Palembang.
Para anggota panitia menafsirkan bahwa dalam kalimat Prasasti Kedukan Bukit tersebut terdapat teks "paruh terang bulan", yang dapat diartikan sebagai jelang pergantian hari, sehingga tanggal yang dipilih adalah 17.
Penyelarasan ini juga dikaitkan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.
Tahunnya kemudian diambil dari terjemahan oleh Philipus Samuel, yang menafsirkan bahwa yang tertulis di Prasasti Kedukan Bukit bukanlah 604, melainkan 605 Saka.
BACA JUGA:Cara Ampuh Mengatasi Sakit Kepala Tanpa Sebab
BACA JUGA:Biar Tampak Awet Muda, Inilah Cara Menghilangkan Kerutan di Bawah Mata
Dari penafsiran inilah Pemerintah Kota Palembang kala itu menetapkan Hari Ulang Tahun Palembang pada tanggal 17 Juni 605 Saka atau 683 Masehi.
Namun, melalui penelitian yang mendalam, Dr A Erwan Suryanegara MSn mengungkapkan bahwa terjemahan tersebut salah. Setelah diteliti ulang dan huruf Palawa ditulis ulang, terlihat bahwa angka yang seharusnya terbaca adalah 4, bukan 5.