Kebijakan ini telah memicu perdebatan panas di kalangan industri otomotif dan kelompok pemerhati lingkungan.--ilustrasi pribadi
Ia menyebut bahwa teknologi hibrida, meskipun lebih baik dibandingkan hibrida ringan, masih menggunakan pendekatan yang sudah ketinggalan zaman.
Teknologi tersebut, menurutnya, berasal dari akhir 1990-an dan tidak lagi relevan dalam upaya menciptakan masa depan tanpa emisi.
BACA JUGA:SUV Jadi Tren, Toyota RAV4 Hadir dengan Harga Selangit
BACA JUGA:Era Baru di Sumsel! Kakanwil Kemenkum Resmikan Transformasi Digital dan Zona Integritas
Departemen Transportasi Inggris telah mempercepat target larangan penjualan.
Mulai 2035, hanya kendaraan baru yang benar-benar bebas emisi yang boleh dijual di Inggris. Namun, masa transisi antara 2030 hingga 2034 masih menjadi topik diskusi yang hangat.
Salah satu pertanyaannya adalah, apakah mobil hibrida tertentu tetap akan diizinkan selama periode tersebut?
Menurut Departemen Transportasi, pemerintah terus melakukan konsultasi dengan industri otomotif untuk menentukan kendaraan mana saja yang bisa dijual dalam masa transisi.
BACA JUGA:Perkuat Sinergi, BRI Palembang Gelar Silaturahmi Bersama Wartawan
BACA JUGA:Penyimpanan Sementara Makanan Program Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Layak
“Kami berkonsultasi dengan industri tentang jenis mobil hibrida apa yang dapat dijual bersama kendaraan tanpa emisi mulai tahun 2030,” ujar perwakilan departemen tersebut.
Namun, EVUK menegaskan bahwa hanya mobil plug-in hybrid electric vehicles (PHEV) dan kendaraan listrik murni (EV) yang seharusnya diberi izin selama periode ini.
Mereka berargumen bahwa kebijakan ini tidak hanya mendukung target emisi nol tetapi juga membantu mempercepat pengembangan infrastruktur pengisian daya di seluruh Inggris.
Dorongan untuk Perluasan Infrastruktur
BACA JUGA:Palembang Vibes, Hiburan Lokal dengan Gaya Global