Beberapa fitur andalannya, seperti autopilot, masih sering mengalami kesalahan, terutama di negara yang belum mendukung jaringan 5G seperti Indonesia.
BACA JUGA:Kanwil Kemenkumham Sumsel Dorong Zona Integritas di Prabumulih
BACA JUGA:Kerajinan Angkinan Sulam Benang Emas Tetap Dilestarikan di Palembang
Hal ini membuat konsumen ragu memanfaatkan fitur-fitur tersebut, yang seharusnya menjadi keunggulan Tesla.
Bahkan, di beberapa kasus, Tesla juga mengalami masalah teknis serius, seperti kegagalan pembaruan perangkat lunak yang melibatkan ribuan unit secara global.
“Konsumen mobil di Indonesia menginginkan kendaraan yang andal dan minim resiko. Dengan harga setinggi itu, Tesla seharusnya menawarkan lebih dari sekadar desain simpel,” tambah seorang analis industri.
Persaingan dengan Pabrikan Lain
BACA JUGA:Perbandingan Yamaha Fino vs Honda Scoopy: Skuter Matik Retro Modern yang Bergaya
BACA JUGA:Risiko dan Dampak Teknik Sambung Rambut yang Perlu Diketahui
Di sisi lain, pasar mobil listrik di Indonesia kini semakin kompetitif. Pabrikan seperti Hyundai dengan model Ioniq 5 mampu menawarkan fitur premium dengan harga lebih terjangkau.
Hyundai Ioniq 5, misalnya, mendapat skor keselamatan bintang lima dalam uji tabrak, sementara Tesla Model 3 hanya memperoleh empat bintang.
Keberadaan pabrikan asal Cina juga semakin mendominasi pasar mobil listrik di Indonesia, terutama karena mereka menawarkan kendaraan dengan harga lebih kompetitif dan fitur yang tidak kalah canggih.
Kontroversi Elon Musk Pengaruhi Citra Tesla
BACA JUGA:Kabar Baik! Stok Bahan Pokok di Banyuasin Aman untuk Natal & Tahun Baru
BACA JUGA: Waspada Narkoba dan Miras, Polsek Tanjung Raja Ajak Warga Jaga Keamanan Jelang Nataru
Selain faktor teknis, nama besar Tesla tak lepas dari pengaruh CEO-nya, Elon Musk.