Pria dengan bidikan sedang sedang bekerja dengan komputer -gratispik-freepik
Sistem AI mampu menganalisis data permintaan, pola pembelian, dan tren pasar untuk memprediksi kebutuhan stok, memastikan bahan baku tersedia tanpa perlu menyimpan persediaan berlebihan.
Ini meningkatkan efisiensi ruang gudang dan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk stok yang tidak terpakai.
Namun, penerapan AI dalam otomatisasi pabrik menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah biaya investasi awal yang tinggi.
Meskipun teknologi AI dapat mengurangi biaya dalam jangka panjang, implementasinya memerlukan investasi besar dalam perangkat keras, perangkat lunak, dan pelatihan karyawan.
BACA JUGA:Penurunan Harga Baterai EV, Revolusi Industri Otomotif Menjelang 2026
BACA JUGA:Subaru Luncurkan Sistem Hybrid Baru dengan Jarak Tempuh Impresif
Ini membuat beberapa perusahaan, terutama yang kecil dan menengah dengan anggaran terbatas, ragu untuk beralih ke sistem AI.
Tantangan lainnya adalah kekhawatiran tentang keamanan data. AI bergantung pada big data untuk melatih algoritma dan mengambil keputusan optimal.
Namun, data ini sering kali mengandung informasi sensitif yang krusial bagi operasi pabrik. Kebocoran data atau serangan siber dapat berdampak besar pada bisnis.
Oleh karena itu, keamanan data menjadi prioritas utama dalam penerapan AI, dengan banyak perusahaan berinvestasi dalam sistem keamanan siber yang kuat.
Selain itu, perkembangan AI yang pesat menimbulkan kekhawatiran tentang pengurangan tenaga kerja manusia.
Banyak yang khawatir bahwa otomatisasi yang semakin canggih akan menggantikan pekerjaan manusia, terutama untuk tugas-tugas rutin yang dapat dilakukan mesin.
Namun, hal ini juga membuka peluang bagi tenaga kerja untuk meningkatkan keterampilan dan beralih ke pekerjaan yang lebih kreatif dan inovatif.
Sebenarnya, otomatisasi pabrik dengan AI seharusnya bukan menjadi ancaman bagi tenaga kerja, melainkan peluang untuk mendorong transformasi industri yang lebih efisien dan produktif.