2. Lemahnya Organisasi Masyarakat Arab
Setelah gelombang protes Arab Spring, banyak organisasi masyarakat yang mendukung perubahan politik ditekan oleh pemerintah masing-masing.
Organisasi besar seperti Ikhwanul Muslimin, yang memiliki pengaruh besar dalam gerakan pro-Palestina, dilarang di beberapa negara Arab. Penekanan ini mengakibatkan melemahnya kemampuan masyarakat untuk bersatu dan bersuara dalam isu-isu internasional, termasuk konflik Palestina.
Kurangnya organisasi yang kuat membuat suara masyarakat Arab tidak lagi terdengar dengan lantang seperti dulu. Hal ini menjadi salah satu faktor penting mengapa negara-negara Arab terlihat pasif menghadapi agresi Israel terhadap Gaza.
BACA JUGA:Ribuan Warga Gaza Terancam Kematian Saat Musim Dingin Ekstrem Ditengah Gempuran Israel
BACA JUGA:Ditengah Gempuran Israel, Hari Pertama Vaksin Polio di Gaza Mencakup Lebihi 72.000 Anak
3. Kepentingan Ekonomi dengan Negara Barat
Hubungan ekonomi yang kuat antara elite politik dan pengusaha Arab dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menjadi alasan lainnya.
Demi menjaga kelangsungan bisnis tersebut, para elite cenderung lebih memilih untuk tidak memperkeruh suasana dengan mengkritik Israel secara terbuka. Mereka lebih memilih menyalurkan bantuan kemanusiaan sebagai respons terhadap krisis di Palestina, meskipun bantuan tersebut tidak selalu sampai ke rakyat yang membutuhkan.
Selain itu, negara-negara Arab kaya minyak, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, memiliki hubungan ekonomi yang sangat erat dengan Barat. Mereka cenderung menghindari konfrontasi dengan Israel untuk menjaga stabilitas ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara besar.
BACA JUGA:Korban Tewas di Gaza Tembus 40 Ribu Jiwa, Negosiasi Gencatan Senjata Terus Berlangsung
BACA JUGA:Israel Paksa Ribuan Warga Gaza Mengungsi Dari Khan Younis Setelah Serangan ke Sekolah
Tekanan Politik dari Negara-negara Barat--Foto : zaherwael19/ig
4. Tekanan Politik dari Negara-negara Barat