Rusia Siap Menggunakan Senjata Nuklir Jika Diserang Dengan Rudal Konvensional

Senin 30-09-2024,11:50 WIB
Reporter : johanes
Editor : Hanida Syafrina

Washington sendiri berniat untuk mengejar pendekatan berbasis pengendalian senjata guna mencegah perlombaan senjata yang mahal.

Menurut FAS, jumlah hulu ledak yang digunakan oleh Rusia bisa saja meningkat di masa mendatang. Ini mungkin terjadi karena Rusia menggantikan rudal berhulu ledak tunggal dengan rudal yang dilengkapi banyak hulu ledak.

Namun, dampak dari sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat terhadap pengembangan nuklir Rusia masih belum jelas.

Apakah Rusia Akan Melakukan Uji Coba Nuklir?

BACA JUGA:Revolusi Digital dalam Administrasi Publik Transformasi Layanan Publik

BACA JUGA:Kunjungi Pasar, Cawako Fitrianti Terima Keluhan Pedagang Terkait Retribusi Pasar.

Putin mengatakan bahwa Rusia mungkin akan mempertimbangkan uji coba nuklir jika Amerika Serikat melakukannya terlebih dahulu. Posisi ini dikonfirmasi oleh pejabat pengendalian senjata pada bulan September 2024. 

Pada tahun sebelumnya, Putin menandatangani undang-undang yang mencabut ratifikasi Rusia atas Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT). Sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia belum pernah melakukan uji coba senjata nuklir. 

Rusia menandatangani CTBT pada tahun 1996 dan meratifikasinya pada tahun 2000, sementara Amerika Serikat menandatangani perjanjian tersebut pada tahun yang sama tetapi belum meratifikasinya hingga kini.

Siapa yang Berwenang Memerintahkan Peluncuran Nuklir Rusia?

BACA JUGA:Kunjungi Pasar, Cawako Fitrianti Terima Keluhan Pedagang Terkait Retribusi Pasar.

BACA JUGA:Solid State, Masa Depan Baterai Kendaraan Listrik yang Semakin Dekat

Presiden Rusia, saat ini Vladimir Putin, memiliki kendali penuh atas keputusan peluncuran senjata nuklir.

komunikasi yang digunakan untuk perintah peluncuran dikenal sebagai "Cheget," sebuah tas kerja nuklir yang selalu berada di dekat presiden setiap saat. Selain presiden, Menteri Pertahanan Rusia dan Kepala Staf Umum juga memiliki akses ke sistem ini.

Tas kerja ini terhubung dengan jaringan komando dan kontrol elektronik yang disebut "Kazbek." Kazbek mendukung sistem komunikasi lain yang dikenal sebagai "Kavkaz."

Dalam situasi darurat, Putin bisa memberikan perintah peluncuran kepada pasukan roket strategis melalui sistem ini.

Kategori :