Sebaliknya, para produsen mobil Jepang yang biasanya dikenal dengan kekuatan di sektor kendaraan bermesin bensin kini menghadapi tantangan.
Penjualan Honda di Tiongkok turun tajam sebesar 40% pada bulan Juni, dan perusahaan ini berencana untuk mengurangi kapasitas produksinya di negara tersebut sekitar 30%.
BACA JUGA:Peluncuran Terbaru BYD: Dolphin dan Atto 3 dengan Harga Terjangkau
BACA JUGA:Fakta Mengejutkan Dibalik BYD Kuasai Hampir 3% Pasar Mobil Listrik Jepang
Di Thailand, di mana perusahaan-perusahaan Jepang sebelumnya menguasai sekitar 80% pangsa pasar, kini situasinya mulai berubah.
Misalnya, Suzuki memutuskan untuk menghentikan produksinya di negara tersebut, sementara Honda mengurangi kapasitas produksinya hingga setengah.
Selain itu, Tiongkok juga mencatatkan ekspor kendaraan yang signifikan dengan total mencapai 2,79 juta unit pada semester pertama 2024, jauh melebihi Jepang yang hanya mengirimkan 780.000 unit lebih sedikit.
Sebagai bagian dari ekspansi globalnya, BYD telah membuka fasilitas perakitan kendaraan pertama di luar Tiongkok, yaitu di Thailand, dan juga tengah membangun pabrik di Subang Smartpolitan, Jawa Barat, Indonesia.
BACA JUGA:Pengiriman Pertama BYD, 1000 Mobil LIstrik Termasuk Model Seal dan Atto 3 Tiba di Indonesia
BACA JUGA:Mobil Baru dari BYD: CRV Versi China yang Canggih dan Irit
Tampilan belakang BYD Seal.--byd.com/id/
BYD juga berencana untuk memperluas jaringan produksinya dengan menambah fasilitas di Hungaria, Brasil, dan Meksiko.
Namun, ekspansi BYD menghadapi beberapa kendala, terutama di pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Khawatir akan dampak dari masuknya kendaraan listrik murah dari Tiongkok, Amerika Serikat telah menaikkan tarif impor kendaraan listrik asal Tiongkok hingga 100%.
Kanada juga sedang mempertimbangkan untuk menerapkan tarif serupa. Di Uni Eropa, mulai bulan Juli 2024, tarif tambahan untuk kendaraan listrik buatan Tiongkok telah diterapkan, dan baru-baru ini diusulkan untuk menaikkan tarif tersebut hingga 36,3%.
BACA JUGA:BYD Dominasi Pasar Mobil Listrik di ASEAN, Merek China Unggul