PALTV.CO.ID - Mobil listrik telah menjadi simbol harapan dalam mengatasi krisis iklim global dengan solusi ramah lingkungan.
Dengan janji emisi gas buang yang hampir nol saat beroperasi dan ramah lingkungan, kendaraan ini menarik perhatian sebagai teknologi masa depan yang lebih bersih.
Namun, di balik daya tariknya, terdapat berbagai isu lingkungan yang perlu diperhatikan secara lebih mendalam.
Dalam artikel ini, kita akan membedah klaim bahwa mobil listrik ramah lingkungan dan menggali fakta-fakta yang mendukung dan menantang pernyataan tersebut.
BACA JUGA:Kredit Macet Multifinance Bisa Terimbas Turunnya Jumlah Kelas Menengah, Mengapa Demikian?
BACA JUGA:Pengusaha Wajib Integrasikan Prinsip-prinsip HAM dalam Aktivitas Bisnis
Baterai merupakan komponen krusial dalam mobil listrik, karena menjadi sumber energi utama yang menggerakkan kendaraan.
Sayangnya, proses produksi baterai memiliki dampak lingkungan yang cukup signifikan. Salah satu isu utama adalah ekstraksi mineral, seperti lithium, kobalt, dan nikel, yang menjadi bahan baku utama pembuatan baterai.
Proses ekstraksi mineral ini sering kali dilakukan di daerah-daerah yang rentan secara ekologis.
terdapat berbagai isu lingkungan yang perlu diperhatikan secara lebih mendalam.--ilustrasi pribadi
Penggunaan bahan kimia berbahaya, konsumsi air dalam jumlah besar, serta kerusakan habitat merupakan beberapa dampak lingkungan dari ekstraksi mineral.
BACA JUGA:83 Anak Didik Eagle Learning and Joe Speaking Academy Palembang Kunjungi PALTV
BACA JUGA:Skuad Garuda Timnas Indonesia Terbang ke Arab Saudi Songsong Laga Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia
Ini menjadi masalah serius, terutama jika proses ini dilakukan tanpa pengawasan ketat dan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar.
Selain itu, produksi baterai juga membutuhkan energi dalam jumlah yang sangat besar. Proses pemurnian dan perakitan baterai adalah dua tahap yang paling intensif dalam hal konsumsi energi.