"Dengan adanya selisih sekitar 80.200 ton bawang merah yang tersisa, ini menjadi penyebab utama dari penurunan harga bawang merah," jelasnya.
Edy Priyono, Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP), menambahkan bahwa disparitas harga bawang merah saat ini mencapai 31,75%.
BACA JUGA:Pedagang Bendera Merah Putih dan Atribut HUT Kemerdekaan RI di Wilayah Muara Enim Sepi Pembeli
Dia mencatat bahwa harga bawang merah terendah tercatat di NTB, hanya Rp14.222 per kilogram, sementara harga tertinggi terdapat di Papua Pegunungan, mencapai Rp60.000 per kilogram.
"Daerah-daerah dengan harga bawang merah yang tinggi dapat berkolaborasi dengan daerah-daerah yang memiliki harga lebih rendah," tambahnya.
Menanggapi penurunan drastis harga bawang merah, Andi Muhammad Idil Fitri, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat dari Kementerian Pertanian, mengungkapkan bahwa Kementan telah mengambil berbagai langkah strategis.
Dia menyebutkan bahwa Kementan telah berkoordinasi dengan Bapanas dan perusahaan milik negara di bidang pangan untuk meningkatkan penyerapan bawang merah dari petani.
BACA JUGA:Pemkab Banyuasin Gandeng Kabupaten Brebes untuk Tingkatkan Produksi Bawang Merah
BACA JUGA:Dari Bandung ke Baturaja Gantungkan Rezeki dari Berjualan Bendera Merah Putih
Menurtu Andi Muhammad , Kementan telah sepakat untuk menyerap 12.500 ton bawang merah, dengan Bulog menyumbang 10.000 ton, ID Food 2.000 ton, dan BUMD Jawa Tengah 500 ton.
Hal ini disampaikan Andi Muhammad baru-baru ini, Andi Muhammad juga menambahkan bahwa kementan telah menandatangani MoU dengan Perum Bulog dalam festival bawang merah di Brebes.
Kementan juga menggalakkan ekspor bawang merah ke beberapa negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, dengan target ekspor mencapai 15.000 ton.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi kelebihan pasokan dan mendukung stabilitas harga bawang merah di dalam negeri.