Berdasarkan dokumen investigasi yang dirilis oleh Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS (NHTSA), sebelumnya telah tercatat satu korban jiwa dan 75 kecelakaan terkait dengan penggunaan sistem ini.
Namun, hingga kini belum ada kejelasan apakah sistem tersebut secara langsung bertanggung jawab atas kecelakaan-kecelakaan tersebut ataukah ada faktor lain yang turut mempengaruhi.
Tesla sendiri memiliki dua sistem mengemudi yang sebagian otomatis, yaitu "Full Self-Driving" dan "Autopilot." Sistem "Full Self-Driving" dirancang untuk dapat melakukan banyak tugas mengemudi, termasuk di jalanan kota yang lebih kompleks, sementara "Autopilot" bertujuan untuk menjaga mobil tetap berada pada jalurnya dan menjauhi objek di depannya di jalan tol atau jalan raya.
Namun, penggunaan istilah yang serupa untuk kedua sistem ini seringkali membingungkan para pemilik Tesla, yang dapat berujung pada pemahaman yang salah tentang kemampuan dan keterbatasan teknologi tersebut.
Dalam banyak kasus, pengemudi Tesla cenderung menganggap bahwa sistem autopilot mampu mengendalikan kendaraan secara penuh tanpa membutuhkan intervensi manusia.
Padahal, Tesla sendiri telah memperingatkan pengguna bahwa sistem ini masih memerlukan pengawasan aktif dari pengemudi dan tidak bisa sepenuhnya diandalkan dalam situasi tertentu, terutama di jalanan dengan lalu lintas yang padat atau kondisi jalan yang kurang ideal.
Namun, peringatan tersebut tampaknya tidak cukup untuk mencegah terjadinya kecelakaan fatal seperti yang dialami oleh Jeffrey Nissen.
Banyak pihak menilai bahwa Tesla harus lebih tegas dalam memberikan edukasi kepada pengguna mengenai batasan sistem autopilot dan mengharuskan pengemudi untuk tetap waspada saat menggunakan teknologi tersebut.
BACA JUGA:BYD Seal 2025: Menyambut Era Baru Kendaraan Listrik dengan Sensor LiDAR
Di sisi lain, otoritas keselamatan jalan raya seperti NHTSA juga dituntut untuk memperketat regulasi terkait penggunaan teknologi otonom di jalan umum guna mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang.
Insiden di Seattle ini sekali lagi menyoroti risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif dalam mengembangkan teknologi otonom.
Meskipun fitur seperti autopilot dan "Full Self-Driving" menawarkan potensi besar dalam meningkatkan kenyamanan dan keselamatan berkendara, kenyataannya, teknologi ini masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya siap untuk diandalkan di berbagai situasi lalu lintas yang kompleks.
Seiring dengan perkembangan teknologi, insiden seperti ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi industri otomotif, regulator, dan masyarakat luas.
BACA JUGA:Keistimewaan Pajero Sport Terbaru yang Membuatnya Berbeda
Penting bagi semua pihak untuk memahami bahwa meskipun teknologi otonom memiliki potensi untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas, tetap ada risiko yang harus dihadapi selama masa transisi menuju adopsi penuh teknologi ini.