Sejak 1975, suku Bugis telah menetap di pulau ini dan membangun kehidupan mereka di tengah keindahan alam yang masih asri.
Sebagian besar penduduk Sabira bekerja sebagai nelayan, sedangkan sisanya terlibat dalam perdagangan. Meskipun dulunya banyak rumah panggung khas Bugis, sekarang model tersebut semakin jarang terlihat karena adanya kesepakatan untuk menjaga kelestarian lingkungan pulau.
Saat ini, pulau ini ditutupi oleh pohon-pohon tua seperti ketapan dan randu, serta jalan-jalan yang tertata rapi dengan paving block.
BACA JUGA:Kepulauan Seribu, Eksplorasi Keajaiban Surga Tersembunyi di Pelukan Jakarta
Keindahan Alam dan Wisata di Sabira
Sabira dikenal dengan keindahan terumbu karangnya yang luar biasa. Terumbu karang di perairan dangkal pulau ini menyajikan beragam bentuk dan jenis, termasuk Acropora brancing dan encrusting, serta berbagai ikan laut yang menghuni karang-karang tersebut. Pengunjung dapat melakukan snorkeling atau menjelajahi pantai pasir putih di sekitar pulau.
Untuk akomodasi, beberapa penduduk setempat menawarkan kamar sewa dengan tarif antara Rp350.000 hingga Rp500.000 per malam, termasuk makanan tiga kali sehari.
Kamar-kamar ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan, dan fasilitas listrik di pulau ini didukung oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diresmikan pada tahun 2019, menjamin pasokan listrik 24 jam.
BACA JUGA:Menelusuri Jejak Museum Bahari dan Keindahan Sejarahnya di Tengah Kota Tua Jakarta
Mercusuar Noodwachter: Penjaga Utara yang Bersejarah
Salah satu daya tarik utama Pulau Sabira adalah mercusuar Noodwachter yang berdiri megah di sisi timur pulau. Mercusuar yang dibangun pada tahun 1867 oleh pabrik Grosfmederij di Leiden, Belanda ini memiliki tinggi 48 meter dan terbuat dari baja dengan 260 anak tangga.
Mercusuar ini tidak hanya berfungsi sebagai pemandu kapal, tetapi juga menjadi salah satu landmark bersejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Dari puncak mercusuar, pengunjung dapat menikmati pemandangan 360 derajat pulau dan laut sekitarnya, termasuk terumbu karang dan pemandangan matahari terbit dan terbenam yang memukau. Mercusuar ini, yang juga dikenal sebagai Noodwachter atau Penjaga Utara, termasuk dalam Daftar Suar Indonesia dan dioperasikan oleh Distrik Navigasi Kelas 1 Tanjung Priok Kementerian Perhubungan.
BACA JUGA:Mulai Dari Rp10 Ribu! Ini 5 Tempat Makan Murah untuk Anak Kost di Jakarta, Enak dan Hemat