Penjualan Mobil Baru Di Indonesia Menurun 10 Tahun Terakhir

Sabtu 13-07-2024,11:30 WIB
Reporter : Ersanilawati
Editor : Muhadi Syukur

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengingatkan bahwa kondisi ini merupakan masalah yang tidak boleh dianggap remeh, terutama mengingat potensi bahaya jika situasi ini dibiarkan terus berlarut-larut.

Menurut peneliti senior LPEM FEB UI, Riyanto, masalah utama bukanlah dari segi pasokan mobil di Indonesia, namun dari sisi permintaan domestik yang tidak kunjung berkembang. 

Meskipun banyak merek baru yang masuk pasar otomotif Indonesia, permintaan dari pasar lokal terus mengalami stagnasi yang mengkhawatirkan.

"Pasar domestik mengalami masalah yang sudah berlangsung selama 10 tahun terakhir. Ini adalah penyakit kronis yang perlu segera ditangani. Menunggu lebih lama hanya akan memperburuk situasi," tegas Riyanto dalam diskusi mengenai solusi mengatasi stagnasi pasar mobil.

BACA JUGA:Penjualan Mobil Indonesia Terguncang: 10 Merek Terlaris di Juni 2024 dalam Sorotan


Permintaan domestik akan mobil baru yang tidak kunjung berkembang--Foto : foto:freepik@rawpixel.com

Salah satu faktor yang menjadi penyebab utama adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi serta kenaikan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang melambat sejak tahun 2012. "Dari tahun 2000 hingga 2012, pendapatan per kapita kita mengalami lonjakan yang signifikan. 

Namun, sejak 2012 hingga 2023, pertumbuhan ini melambat drastis. Ketika kita melihat harga mobil saat ini, menjadi jelas bahwa pendapatan per kapita yang stagnan tidak mampu menjangkau mobil," paparnya.

Kenaikan harga mobil yang melebihi rata-rata pertumbuhan inflasi juga menjadi masalah serius. "Misalnya, untuk MPV kelas entry low, kenaikan harga tahunan mencapai 7 persen dalam periode 2013-2022, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi rata-rata kita," tambahnya.

Riyanto menyebutkan bahwa dari tahun 2000 hingga 2013, pertumbuhan pendapatan per kapita mencapai 28,26 persen, sementara dari 2013 hingga 2022 hanya tumbuh sekitar 3,65 persen. Akibatnya, penjualan mobil mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,6 persen per tahun dalam periode tersebut.

BACA JUGA: Luar Biasa, China Mendominasi Pasar Otomotif Israel dengan Penjualan Mobil Terbanyak

Selain faktor harga mobil yang tidak sejalan dengan pendapatan per kapita, faktor ekonomi makro seperti nilai tukar mata uang dan suku bunga juga berpengaruh signifikan terhadap permintaan mobil di Indonesia.

Meskipun rasio kepemilikan mobil per 1.000 penduduk masih rendah, yaitu sekitar 99 mobil, pasar mobil di Indonesia tetap stagnan dengan penjualan sekitar satu juta unit per tahun. 

Ini menunjukkan bahwa potensi pasar masih besar, namun kondisi ekonomi yang tidak kondusif menjadi penghambat utama.

Riyanto juga menyoroti potensi pasar yang besar di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Selatan, yang memiliki rasio kepemilikan mobil yang masih rendah dibandingkan dengan pendapatan per kapitanya.

Kategori :