Selain berbicara dengan Blinken, Cho juga melakukan percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Yoko Kamikawa.
Keduanya menyatakan keprihatinan mendalam atas perjanjian yang dibuat antara Moskow dan Pyongyang. Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, mereka juga membahas langkah-langkah yang akan diambil untuk menangani situasi ini.
Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Chang Ho-jin, mengindikasikan bahwa Seoul mungkin akan mempertimbangkan untuk memasok senjata ke Ukraina sebagai tanggapan terhadap perjanjian yang dianggap penting ini.
Langkah ini menunjukkan peningkatan ketegangan di kawasan serta upaya Korea Selatan untuk menyeimbangkan kekuatan militer di tengah ancaman yang berkembang.
Di sisi lain, respons pasar terhadap situasi ini juga menunjukkan dinamika yang menarik. Produsen amunisi domestik, Poongsan Corporation, mencatat kenaikan saham sebesar 3,42 persen pada penutupan pasar hari Jumat, sementara indeks saham utama KOSPI mengalami penurunan sebesar 0,83 persen.
Hal ini mencerminkan sentimen pasar yang mengantisipasi kemungkinan meningkatnya permintaan akan produk pertahanan dalam negeri di tengah ketegangan regional yang meningkat.
Secara keseluruhan, perkembangan ini menandai eskalasi dalam hubungan internasional di kawasan Asia Timur. Kerja sama antara Rusia dan Korea Utara tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di Korea Selatan, tetapi juga di kalangan sekutu-sekutu utama seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Tindakan proaktif dari Seoul, termasuk kemungkinan memasok senjata ke Ukraina, mencerminkan tekad mereka untuk menanggapi ancaman ini dengan serius dan memperkuat aliansi strategis dengan negara-negara yang sejalan dalam menjaga perdamaian dan stabilitas global.*