Menguak Bahaya Mendengkur: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Jantung dan Otak

Selasa 21-05-2024,16:23 WIB
Reporter : Muhadi Syukur
Editor : Muhadi Syukur

Dampak Serius OSA

Schwartz menjelaskan bahwa OSA adalah risiko serius bagi penyakit jantung dan stroke. Penderita OSA mengalami penurunan kadar oksigen dalam darah dan sering terbangun untuk bernapas kembali. "Mendengkur keras dengan jeda napas merupakan tanda mudah dari OSA," ujarnya.

Penelitian menunjukkan sekitar 45% orang dewasa mendengkur saat tidur, dengan 26% mendengkur secara teratur.

Banyak orang keliru mengira bahwa mendengkur berarti tidur nyenyak, padahal ini bisa menjadi gejala gangguan kesehatan serius. OSA lebih banyak dialami pria dibandingkan wanita.

BACA JUGA:Peran Teknologi dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

 

Mekanisme OSA dan Dampaknya pada Tubuh

OSA ditandai oleh tertutupnya jalan napas. Saat tidur, otot-otot tenggorokan dan lidah mengendur. Pada penderita OSA, relaksasi ini bisa berlebihan sehingga jaringan lunak di tenggorokan menyumbat saluran napas. Penyumbatan ini bisa total (apnea) atau parsial (hipopnea).

Saat jalan napas tersumbat, tidak ada oksigen yang masuk, menyebabkan henti napas selama beberapa detik hingga lebih dari satu menit. Selama fase ini, kadar oksigen dalam darah bisa turun drastis.

Otak kemudian menyadari kekurangan oksigen dan memicu kondisi setengah terjaga untuk membuka jalan napas, sehingga seseorang bisa bernapas kembali.

BACA JUGA:Mengurai Misteri Mikrobioma, Kunci Kesehatan yang Tersembunyi dalam Tubuh Kita

Penderita OSA sering merasa lelah di siang hari, sakit kepala pagi hari, dan suasana hati buruk karena tidur tidak berkualitas. OSA tidak hanya mengancam jantung dan meningkatkan risiko stroke, tetapi juga bisa menyebabkan hipertensi dan diabetes. Faktor risiko OSA meliputi obesitas, lingkar leher besar, struktur anatomi tengkorak tertentu, dan pembesaran amandel.

 

Pemeriksaan dan Pengobatan OSA

Penderita OSA dapat menjalani pemeriksaan menggunakan Polisomnografi (PSG) di laboratorium tidur di sejumlah rumah sakit di Indonesia. PSG memantau berbagai aspek fisiologis tidur yang terganggu oleh OSA, memberikan data komprehensif tentang keparahan dan dampaknya pada kesehatan.

Pengobatan OSA mencakup perubahan gaya hidup, seperti pola makan sehat, berhenti merokok, menghindari alkohol, dan obat tidur. Menjaga jadwal tidur teratur juga penting. Untuk penderita OSA berat, terapi menggunakan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) sering disarankan. CPAP menjaga jalan napas tetap terbuka selama tidur.

Kategori :