PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Lebaran kemarin, siapa di antara Anda yang disuguhi Khong Guan sewaktu bersilaturahmi ke rumah sanak saudara?
Walaupun mungkin isinya rengginang atau rempeyek, Khong Guan dengan kalengnya yang khas telah menjadi legenda dan selalu hadir menemani banyak keluarga saat lebaran.
Tahukah Anda, sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 1947, kemasan Khong Guan tidak pernah berubah. Tahukah Anda, sejak pertama dipasarkan pada tahun 1947 sampai sekarang, kemasan Khong Guan tidak pernah diganti.
Mengapa demikian? Ternyata ada strategi jitu di baliknya, sebuah strategi yang juga dipakai oleh merek-merek terkenal seperti Chanel No. 5 dan Tiffany & Co. Mari kita cari tahu lebih dalam tentang strategi tersebut.
BACA JUGA:Apakah Emas akan Benar-benar Habis dalam Waktu Dekat? Anda Tidak Akan Percaya Fakta Mengejutkan Ini!
BACA JUGA:Tak Kunjung Dibangun, Calon Pedagang Konsumen Aldiron Plaza Cinde Tuntut Hak
Kita mulai dengan menelusuri jejak dua bersaudara yang mendirikan Khong Guan dan kemudian mengkaji hubungan merek ini dengan tradisi masyarakat Indonesia.
Selanjutnya, kita akan mengeksplorasi strategi efektif Khong Guan dan strategi pemasaran sukses yang digunakan oleh merek-merek seperti Chanel No. 5 dan Coca Cola.
Selanjutnya, kita akan menggali lebih dalam strategi pemasaran sukses Khong Guan dan akhirnya membahas masa depan merek kue ini.
Dilansir dari Dr. Indrawan Nugroho dalam kontennya di YouTube yang berjudul “Strategi di Balik Kaleng Legendaris Khong Guan” pada Kamis, 18 Mei 2023. Pada tahun 1947, Khong Guan didirikan oleh dua bersaudara Tionghoa, Chukai dan cucu Han.
BACA JUGA:Jalan-jalan ke Lampung Tidak Lengkap Jika Belum Mencicipi Kuliner di Resto Terkenal
BACA JUGA:Suku Rana di Pulau Buru, Suku dengan Karakteristik Tersendiri di Indonesia
Khong Guan terus melakukan inovasi produk dengan mengeluarkan varian baru berdasarkan preferensi konsumen.--Tangkapan layar YouTube.com/@IndrawanNugroho
Chukai dan cucu Han adalah ekspatriat yang awalnya bekerja di pabrik biskuit di Singapura. Ketika Jepang menginvasi Singapura, mereka melarikan diri ke Perak, Malaysia, tempat Han dan Ken membuat biskuit untuk mencari nafkah. Setelah kehabisan tepung dan gula, mereka mulai berjualan garam dan sabun.
Setelah meninggalkan Jepang, mereka kemudian kembali ke Singapura. Suatu hari, Khan menemukan mesin kue yang rusak di pabrik tempat mereka bekerja. Dia kemudian mengubah mobil itu menjadi kue mobil resmi menggunakan rantai sepeda.