PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Mendiagnosis PMDD membutuhkan pelacakan gejala selama beberapa siklus menstruasi untuk menyingkirkan penyebab potensial lainnya, kata Dr Sushruta Mokadam, konsultan dokter kandungan di Rumah Sakit Ibu, Kharadi, Pune.
Sementara PMS (sindrom pra-menstruasi) relatif umum terjadi dan melibatkan gejala emosional dan fisik ringan sebelum menstruasi, PMDD (gangguan mood disforik pra-menstruasi).
Ditandai dengan gangguan suasana hati yang parah dan gejala fisik yang secara signifikan memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Bentuk PMS yang parah dan melemahkan ini perlu dipahami secara mendalam sehingga tindakan tepat waktu dapat membantu orang tersebut.
BACA JUGA:7 Panduan Kilat Mengenal Oli Palsu: Risiko Merusak Mesin Kendaraan
Apa itu PMDD?
PMDD biasanya muncul selama fase luteal dari siklus menstruasi (dua minggu sebelum menstruasi). Penyebab pasti PMDD belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga melibatkan fluktuasi hormon, terutama perubahan kadar serotonin.
''Serotonin adalah neurotransmitter pengatur suasana hati dan ketidakseimbangan di dalamnya dapat menyebabkan gejala emosional yang terkait dengan PMDD," kata Dr Sushruta Mokadam, konsultan kebidanan di Rumah Sakit Ibu, Kharadi, Pune.
Gejala PMDD dapat berupa gejala emosional dan fisik. Menurut Dr Mokadam, gejala emosional meliputi mudah marah, sedih, cemas, dan perubahan suasana hati.
Perasaaan tertekan yang dialami pasien dengan PMDD dapat memengaruhi hubungan sosialnya. Gejala fisik meliputi perut kembung, payudara tegang, sakit kepala, nyeri sendi dan otot.
Yang membedakan PMDD dengan PMS.
Adalah tingkat keparahan dan durasi gejala. Menurut Dr Mokadam, gejala PMDD lebih intens dan mengganggu serta memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari.
Hubungan, dan fungsi pekerjaan. PMDD dapat menyebabkan gangguan kesehatan jiwa yang serius dan pasien PMDD lebih rentan mengalami gangguan suasana hati lainnya.
BACA JUGA:Wuling Almaz Hybrid, Mobil Yang Memiliki Fitur EV Mode. Pelajari Kegunaan Fitur EV dan Cara Kerjanya