Legenda Si Pahit Lidah dan Kutukan Batu

Legenda Si Pahit Lidah dan Kutukan Batu

Patung Si Pahit Lidah.-Pesona Sriwijaya-twitter.com/@pesonasriwijaya

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Sumatera Selatan tidak usah diragukan lagi jika berbicara mengenai hal berkaitan dengan masa lampau. Sumatera Selatan sudah terkenal akan banyak peninggalan zaman prasejarah maupun zaman sejarah yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya.

Peninggalan pada zaman prasejarah maupun zaman sejarah biasanya sering ditemukan di Sumatera Selatan tepatnya di wilayah Palembang, Baturaja, Pagaralam, Lahat, Empang Lawang dan wilayah lain dengan peninggalan yang berbeda-beda pada tiap daerahnya.

Peninggalan zaman prasejarah dan zaman sejarah itu seperti artefak-artefak dari zaman Megalitikum yang ada di Pagaralam, arca dan menhir yang ada di Kabupaten Lahat, prasasti Kedatuan Sriwijaya di kota Palembang, dan Goa Putri yang ada di Baturaja. Bahkan ada juga cerita rakyat yang menjadi sebuah legenda pun tetap ada sampai saat ini.

Jika kalian mendengar istilah Si Pahit Lidah, apa yang ada dipikiran kalian? Orang yang memiliki Lidah Pahit atau Lidah orang yang bernama Pahit? Si Pahit Lidah erat kaitannya dengan cerita rakyat yang sampai saat ini masih menjadi sebuah legenda. Si Pahit Lidah bukanlah orang yang mempunyai Lidah Pahit ataupun Lidah orang yang bernama Pahit, melainkan sebuah cerita rakyat atau legenda yang berasal dari pulau Sumatera khususnya di bagian selatan.

Jika kita lihat berdasarkan cerita, kisah Si Pahit Lidah ini menggambarkan kehidupan yang dijalani oleh Si Pahit Lidah yang ditemani oleh istri dan adik iparnya yang biasa dipanggil Arya Tebing. Dalam kisah ini, Si Pahit Lidah yang biasa disebut masyarakat dengan nama Serunting Sakti ini sering melakukan pertengkaran sehingga terjadilah perselisihan terhadap adik iparnya yang Bernama Arya Tebing. Akibat dari perselisihan antara Arya Tebing dan Serunting Sakti ini, membuat Serunting Sakti mempunyai kesaktian karena ia mengasingkan dirinya dari kehidupan sosial masyarakat.

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Legenda Batu Belah Batu Betangkup

BACA JUGA:Patung Sigale-gale yang Menarik Perhatian di Pulau Samosir

Setelah lama mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat, akhirnya Serunting Sakti kembali ke rumah bersama istrinya untuk melanjutkan kehidupan seperti biasanya. Akan tetapi, kesaktian yang dimiliki Serunting Sakti ini tidak hanya memiliki dampak yang positif, tetapi juga terdapat dampak negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari ke depannya.

Dampak baik dari kesaktian yang dimiliki oleh Serunting Sakti atau Si Pahit Lidah ini adalah mereka yang awalnya sangat sulit dan kecil kemungkinan mempunyai sebuah keturunan, akhirnya mendapatkan keturunan. Keinginan mereka untuk mendapatkan keturunan tentu saja sangat mudah mereka kabulkan mengingat suaminya Serunting Sakti saat ini sudah mempunyai kesaktian. Ajaibnya hanya dengan sehelai rambut, mereka bisa memiliki keturunan yang sebelumnya sudah mereka impikan. Tidak hanya mendapatkan keturunan, dampak yang positif dari kesaktian Serunting Sakti ini ia mengubah sebuah daerah yang tandus dan gersang menjadi sebuah hutan belantara yang lebat.

Selain dampak baik atau dampak positif, kesaktian Serunting Sakti tentunya memiliki dampak yang buruk untuk kehidupan sehari-hari. Dampak buruk ini pada dasarnya berasal dari lidah Serunting Sakti ini di mana setiap ia mengucapkan sumpah terhadap benda, hewan, ataupun manusia maka yang terkena sumpahnya akan terkutuk menjadi sebuah batu. Hal inilah yang menyebabkan Serunting Sakti disebut dengan Si Pahit Lidah.

Pada dasarnya legenda Si Pahit Lidah ini masih sangat populer sampai saat ini, bahkan hampir setiap wilayah di Indonesia pernah mendengar cerita rakyat yang satu ini. Kepopuleran legenda Si Pahit Lidah ini bisa kita jadikan pewaris cerita legenda secara turun-temurun. Dengan terbitnya buku serial tentang cerita rakyat tentu saja dapat membantu cerita ini begitu terkenal, tidak hanya di kawasan nusantara tapi terkenal hingga ke mancanegara.* (Nabilla Imandha, PALTV.CO.ID)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id