Paltv Night Run

Peringatan Spyware: Peretas Gunakan Gambar WhatsApp untuk Menyerang Ponsel Samsung Galaxy

Peringatan Spyware: Peretas Gunakan Gambar WhatsApp untuk Menyerang Ponsel Samsung Galaxy

Pengguna Samsung Galaxy sebaiknya berpikir dua kali sebelum membuka gambar yang terlihat “biasa saja” di WhatsApp.--ig@indian today

BACA JUGA:PLN UID S2JB Dorong Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Lewat Bank Sampah Terpadu Berbasis Listrik di Prabumulih

Setelah diterima, gambar-gambar ini bisa secara diam-diam mengambil alih ponsel — sebuah serangan “zero-click” klasik.

Begitu berhasil masuk, Landfall berperan sebagai mata-mata penuh fitur. Ia dapat menyadap panggilan, mencuri foto dan pesan, mengakses daftar kontak, merekam percakapan, dan bahkan melacak lokasi pengguna.

Targetnya terutama adalah pengguna Galaxy S22, S23, S24, Z Fold 4, dan Z Flip 4, yang tersebar di wilayah Turki, Iran, Irak, dan Maroko.

Para peneliti mengatakan spyware ini pertama kali terdeteksi pada pertengahan 2024 dan tidak terdeteksi selama berbulan-bulan.

Samsung dilaporkan diberi tahu tentang masalah ini pada September 2024, tetapi baru merilis pembaruan keamanan (patch) pada April 2025, membuat perangkat tetap rentan selama hampir setengah tahun.

Meski celah itu kini sudah diperbaiki, kasus ini menunjukkan bahwa bahkan ponsel kelas atas pun tidak kebal terhadap pengawasan diam-diam.

BACA JUGA:Wakil Bupati Ogan Ilir Ardani Pimpin Peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025

BACA JUGA:SMAMSA Matangkan Persiapan Hadapi Piala Bergilir Gubernur 3x3 Showtime Basketball PALTV

Terkait dengan Kampanye Spionase Sebelumnya

Unit 42 menemukan kampanye ini saat menelusuri VirusTotal, basis data malware publik tempat file mencurigakan diunggah.

Di sana, mereka menemukan beberapa file DNG terinfeksi yang diunggah dari wilayah Timur Tengah antara tahun 2024 hingga awal 2025.

Menariknya, jejak digital Landfall memiliki kemiripan dengan kelompok pengintai bernama Stealth Falcon — tim yang sebelumnya dikaitkan dengan serangan spyware terhadap jurnalis dan aktivis di Uni Emirat Arab (UEA).

Namun, para peneliti belum menyimpulkan siapa yang membuat atau menyebarkan malware tersebut karena bukti yang ada belum cukup kuat.

“Ini adalah serangan yang sangat terarah, bukan kampanye massal,” kata Itay Cohen, peneliti utama senior di Unit 42. “Hal itu menunjukkan motif spionase, bukan keuntungan finansial.”

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: berbagai sumber