Omaigat! Dunia Semakin Gemuk, Adakah Solusinya?
Hasil studi baru membuktikan, Dunia Semakin Gemuk--Sumber gambar : freepik.com/anastasia kazakova
PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Dunia semakin gemuk, demikian hasil studi baru membuktikan. Dan dengan itu muncul berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, yang menyebabkan 1 dari setiap 4 kematian di banyak negara.
Sebuah studi baru yang diterbitkan awal bulan ini dalam Journal of the American Heart Association, sebuah publikasi ilmiah terbuka, menunjukkan peningkatan tiga kali lipat dalam kematian yang berkaitan dengan obesitas akibat penyakit jantung di AS antara tahun 1999 dan 2020.
Para ahli menekankan isu utama, yaitu mengenali faktor risiko untuk penyakit jantung: merokok, termasuk rokok, pipa, vape, dan sheesha, yang merupakan salah satu kontributor paling signifikan terhadap penyakit jantung.
Faktor risiko kritis lainnya meliputi obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, riwayat keluarga. Mengatasi faktor-faktor ini sangat penting untuk menanggulangi ancaman tersebut.
BACA JUGA:Investasi Syariah: Mengapa Harus Hijrah dari Investasi Konvensional
Pada tahun 2022, Obesidemic: Weight of the World, sebuah dokumenter yang menarik yang membahas obesitas, dirilis di IMDb.
Dalam film berdurasi 80 menit tersebut, Dr. Stephan Rossner, seorang spesialis obesitas berbasis di Stockholm, berusaha membuktikan bahwa obesitas adalah "epidemi buatan manusia." Salah satunya, obesitas disebut sebagai "bom waktu" kesehatan.
Pertimbangkan hal ini: Pada tahun 2022, lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia dianggap mengalami obesitas, terbagi menjadi — 650 juta orang dewasa, 340 juta remaja, dan 39 juta anak-anak.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa kelebihan berat badan menjadi penyebab di balik 2,8 juta kematian setiap tahun; jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat.
BACA JUGA:3000 Biker di Indonesia Ambil Bagian dan Gabung Di Ajang Maxi Yamaha Day 2023, Hari ini Di Surabaya
Obesitas diprediksi akan menggeser merokok sebagai faktor risiko utama penyakit kanker yang dapat dihindari di beberapa negara.
Obesitas juga diketahui memiliki dampak negatif pada tekanan darah, kolesterol, trigliserida, resistensi insulin, dan kualitas hidup secara umum.
Faktor-faktor di Balik Munculnya "Obesogenik" Risiko obesitas sudah banyak diketahui, tetapi penyebabnya tidak begitu dipahami.
Risiko obesitas umumnya dikaitkan dengan dua faktor: lingkungan dan genetik. Faktor ketiga baru muncul: neuro-developmental. Mari kita bahas lebih lanjut.
BACA JUGA:Mick Jagger’s Keturunan: Semuanya tentang 8 Anaknya dari yang Tertua hingga Termuda
Faktor Lingkungan
Ini terkait dengan gaya hidup. Secara khusus, kebiasaan makan saat ini. Salah satu pertanyaan yang bisa diajukan adalah: Mengapa hampir tidak ada orang obesitas hingga tahun 1960-an dan 1970-an?
Dalam beberapa dekade terakhir, munculnya pertanian industri yang menghasilkan bahan makanan mentah dengan biaya rendah per kalori telah mengatasi kelaparan global. Salah satu dampak tak terduga: kelebihan makanan. Saat globalisasi maju, bahan-bahan dapat diperoleh dari mana saja dengan biaya produksi terendah atau subsidi besar.
Selain itu, urbanisasi, teknologi yang menghemat tenaga kerja, layanan pesan makanan berbasis aplikasi dengan porsi "super-sized," serta industri periklanan bernilai miliaran dollar yang bekerja sama dengan perusahaan makanan yang memproduksi makanan yang sangat enak dan tahan lama — yang penuh dengan gula, garam, dan lemak — semuanya berkontribusi pada peningkatan berat badan.
BACA JUGA:Studi Menyarankan Lorazepam Dapat Meningkatkan Kemungkinan Perkembangan Kanker Pankreas dan Kematian
Juga, hipermarket telah menjamur dengan berbagai makanan olahan, harga lebih rendah melalui pembelian besar-besaran mereka — dibantu oleh promosi berdasarkan data.
Secara personal, orang memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mencari, mempersiapkan, dan makan makanan. Satu studi yang diterbitkan dalam Nutrition Journal menunjukkan bahwa sejak tahun 1965, orang dewasa AS telah mengkonsumsi lebih sedikit makanan yang diproduksi di rumah dan menghabiskan lebih sedikit waktu memasak.
Antara tahun 1965-1966 dan 2007-2008, persentase energi harian yang berasal dari sumber makanan dalam negeri dan waktu yang dihabiskan untuk mempersiapkan makanan turun drastis untuk semua tingkat sosial ekonomi, dengan penurunan terbesar terjadi antara tahun 1965 dan 1992.
Sebagai tanggapan, industri makanan telah menghadirkan makanan "siap panas," makanan ringan "siap makan," dan outlet makanan cepat saji.
BACA JUGA:Membeli Properti Sitaan Bank atau Membeli dengan Cara Ikut Lelang, Bisakan Dijual Kembali?.
Mengatasi permasalahan kelebihan berat badan menjadi lebih sulit di lingkungan seperti ini — seperti mencoba mendorong tanggung jawab pribadi, termasuk pada anak-anak, dalam lingkungan yang sebenarnya dirancang untuk menghancurkannya. *
Berita ini sudah tayang di Gulf News berjudul, “Heart disease and obesity: The world is getting fatter, and it takes a heavy toll”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber