Bahaya Konsumsi Sapi Mati Sudah Dikubur, 93 Warga Gunungkidul Terkena Antraks dan 3 Meninggal Dunia

Bahaya Konsumsi Sapi Mati Sudah Dikubur, 93 Warga Gunungkidul Terkena Antraks dan 3 Meninggal Dunia

Bahaya Konsumsi Sapi Mati Sudah Dikubur.-Pexels-Pixabay

PALEMBANG, PALTV.CO.ID- Kasus antraks muncul lagi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang menyerang puluhan warga.

Tiga orang di Dusun Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu, telah meninggal dunia akibat antraks. Selain itu, 93 orang juga terinfeksi dan harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Dugaan penyebaran antraks ini dikaitkan dengan kegiatan warga yang menyembelih dan mengonsumsi sapi yang telah mati.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawa Wulandari, mengungkapkan sapi mati telah disembelih dan dikonsumsi oleh warga sekitar.

BACA JUGA:Viral Wabah Antraks di Gunungkidul, Yuk Mengenal dan Mengatasi Penyakit yang Mematikan dari Wabah Antraks

BACA JUGA:Manfaat Madu: Keajaiban Alami untuk Kesehatan dan Kecantikan

"Sapi yang sakit mati, kemudian dikubur sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun, beberapa masyarakat menggali kembali kuburan sapi tersebut dan mengonsumsinya," ujar Wibawa.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Retno Widyastuti, menyatakan bahwa ada enam sapi dan enam kambing yang terkonfirmasi positif menderita antraks dan mati di dusun tersebut.

Karena bangkai hewan sudah tidak ditemukan, pemeriksaan dilakukan pada tanah sekitarnya di laboratorium.

Hewan ternak yang belum terinfeksi, dikatakan bahwa mereka kemudian disuntik antibiotik.

Hewan ternak tersebut juga tidak diizinkan keluar dari dusun.


Bahaya Konsumsi Sapi Mati Sudah Dikubur.-Pexels-Pixabay

"77 ekor sapi dan 289 ekor kambing di Dusun Jati sudah berikan antibiotik. Kami berharap situasinya terisolasi di sana dan tidak menyebar ke tempat lain," katanya.

Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto, menegaskan bahwa kebiasaan warga menyembelih hewan yang sakit atau bahkan telah mati ini harus dihentikan dan masyarakat diimbau untuk tidak melakukannya.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber