Mobil Listrik Gagal Menjadi Penyelamat, Kebangkrutan BEM dan Tanda Bahaya untuk Industri Otomotif Jerman

Gelombang krisis kembali mengguncang sektor otomotif Jerman. Kali ini, salah satu kelompok paling berpengaruh dalam dunia mobil listrik, Bundesverband eMobilität atau Asosiasi Mobilitas Elektronik Federal Jerman (BEM), resmi mengajukan kebangkrutan. --Foto: ilustrasi/ said
Ia menyalahkan kondisi ekonomi global yang lesu, perlambatan transisi dari mesin pembakaran ke kendaraan listrik, serta tekanan besar dari persaingan produsen otomotif asal Tiongkok yang kian agresif di pasar Eropa.
Fakta bahwa pabrik Volkswagen di Jerman tengah dalam bidikan perusahaan mobil Tiongkok untuk diakuisisi setelah dijadwalkan tutup, menjadi bukti nyata bahwa dominasi lama Jerman dalam industri otomotif mulai goyah.
Pabrikan-pabrikan Tiongkok, dengan biaya produksi lebih murah dan dukungan kuat dari pemerintahnya, telah berhasil mengambil pangsa pasar dengan cepat—terutama di segmen kendaraan listrik.
Gelombang krisis kembali mengguncang sektor otomotif Jerman. Kali ini, salah satu kelompok paling berpengaruh dalam dunia mobil listrik, Bundesverband eMobilität atau Asosiasi Mobilitas Elektronik Federal Jerman (BEM), resmi mengajukan kebangkrutan. --Foto: ilustrasi/ said
Kegagalan BEM dan kesulitan yang dihadapi perusahaan-perusahaan besar otomotif di Jerman memperjelas satu hal: transformasi industri ini tidak sesederhana membalikkan telapak tangan.
Investasi besar-besaran yang telah digelontorkan belum membuahkan hasil sesuai ekspektasi, dan justru menciptakan tekanan keuangan yang semakin berat di tengah kondisi pasar yang stagnan.
Pakar ekonomi dari Handelsblatt Research Institute (HRI) bahkan menyebut bahwa Jerman kini berada di ambang resesi terpanjang sejak Perang Dunia II. Jika prediksi ini menjadi kenyataan, maka 2025 akan menjadi tahun ketiga berturut-turut Jerman mengalami kontraksi ekonomi.
Dalam situasi seperti ini, sektor industri yang selama ini menjadi tulang punggung ekspor dan pertumbuhan ekonomi negara—yakni otomotif—justru sedang dalam kondisi kritis.
Transformasi ke arah energi terbarukan dan transportasi berkelanjutan memang menjadi keharusan global. Namun, cara dan kecepatan dalam menavigasi perubahan ini menjadi sangat menentukan.
Bagi Jerman, yang selama puluhan tahun menjadi pemimpin otomotif dunia, tantangan ini ternyata jauh lebih kompleks dibandingkan yang dibayangkan.
Berbagai pihak kini menuntut evaluasi total terhadap strategi industri mobil listrik nasional. Banyak yang menilai bahwa pendekatan yang terlalu birokratis dan kurang adaptif terhadap dinamika pasar global menjadi salah satu penyebab keterpurukan ini. Di sisi lain, kepercayaan investor dan publik juga ikut terguncang akibat gelombang kebangkrutan dan penutupan fasilitas produksi.
Ke depan, pemerintah Jerman dituntut mengambil langkah konkret untuk menyelamatkan sektor otomotif dari kehancuran lebih lanjut. Ini bukan hanya tentang menyuntikkan dana stimulus atau memberikan insentif pajak, tetapi juga menyangkut reformasi kebijakan industri yang lebih fleksibel, mendukung inovasi, serta memperkuat kerja sama global yang strategis.
Sementara itu, kebangkrutan BEM menjadi pelajaran pahit bahwa keberlanjutan industri tidak bisa dibangun hanya dengan narasi besar dan target ambisius.
Diperlukan rencana realistis, kepemimpinan yang kuat, dan eksekusi yang cermat. Tanpa itu semua, bukan tidak mungkin krisis ini akan menjalar lebih luas, meninggalkan jejak luka ekonomi yang dalam di jantung industri Jerman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber