Kritik Terhadap Game Barat: DEI vs. Kualitas di Tengah Kesuksesan Indie

PALTV.CO.ID,- Industri game Barat belakangan dihadapkan pada kritik tajam terkait fokus pada agenda DEI (Diversity, Equity, Inclusion) yang dinilai mengorbankan kualitas dan daya tarik gameplay.

Beberapa game seperti Short of Mnight dan Expedition 33 menjadi sorotan akibat penjualan yang rendah, sementara game indie seperti Pal World membuktikan bahwa passion dan inovasi tetap menjadi kunci kesuksesan.

Kasus 1: Short of Mnight dan Kolaborasi dengan Sweet Baby Inc.

Short of Mnight, game kolaborasi antara Compulsion Studio dan Sweet Baby Inc., diklaim menjunjung tinggi DEI. Namun, hasilnya justru menuai kritik.

BACA JUGA:DPRD Sumsel Gelar Rapat Paripurna Istimewa Peringati HUT ke-79 Provinsi Sumatera Selatan

BACA JUGA:PCX, Si Motor 'Curut'? Ini Alasan Kenapa Banyak yang Benci Tapi Tetap Laku

Penjualan Minim: Dalam 1 bulan setelah rilis, pemain aktif di Steam hanya 1.438 orang, dengan puncak harian 253 pemain.

Model Karakter "Generik": Desain karakter dianggap tidak menarik, dengan atribut seperti cincin hidung dan telinga yang dipaksakan.

Kontroversi Tim Developer: Salah satu anggota tim membuka suara di media sosial: "Honestly, I hate gamers", memicu kecaman karena dianggap merendahkan basis pemain.

Game ini juga dituding melakukan "perhitaman" (perubahan ras karakter secara paksa) dan menghapus elemen budaya asli untuk memenuhi agenda DEI. Padahal, mayoritas pemain mengaksesnya melalui Xbox Game Pass—layanan berlangganan yang tidak berkontribusi signifikan pada pendapatan studio.

BACA JUGA:5 Hektare Lahan di Sumsel Terbakar, Aktivitas Manusia Diduga Jadi Penyebab

BACA JUGA:Mengenal Blockchain di Luar Dunia Kripto, Apa Saja ? Simak Penjelasanya!

Kasus 2: Expedition 33 dan Mantan Talent Ubisoft

Expedition 33, dikembangkan oleh studio baru pimpinan mantan kreator Ubisoft, justru menuai pujian meski dibuat oleh tim kecil:

Sumber: berbagai sumber