Deepfake, Senjata Baru Disinformasi atau Alat Kreativitas Tanpa Batas?

Deepfake, Senjata Baru Disinformasi atau Alat Kreativitas Tanpa Batas?

Konsep peretas komputer dan kejahatan dunia maya -rawpixel.com-freepik

Risiko lain terkait deepfake adalah dampaknya dalam ranah politik dan informasi. Video atau gambar yang dimanipulasi dapat digunakan untuk menyebarkan informasi salah atau menghasut masyarakat.


Wanita menutupi wajahnya dengan daun hijau besar -gratispik-freepik

Dalam beberapa kasus, deepfake dapat mengancam stabilitas politik dengan memanipulasi ucapan atau tindakan tokoh publik.

Ini membuat batas antara kebenaran dan kebohongan menjadi kabur, dengan dampak yang sangat luas karena cepatnya penyebaran di media sosial.

Untuk menanggulangi tantangan ini, berbagai regulasi dan kebijakan mulai diterapkan. Beberapa negara telah menetapkan undang-undang yang melarang penyalahgunaan deepfake untuk tujuan menyesatkan atau merugikan.

Di Amerika Serikat, misalnya, beberapa negara bagian melarang penggunaan deepfake dalam konteks politik atau pornografi.

Sementara itu, perusahaan teknologi besar seperti Facebook dan Twitter juga mengembangkan algoritma untuk mendeteksi dan menghapus konten deepfake. Namun, regulasi dan teknologi deteksi mungkin belum cukup untuk sepenuhnya mengatasi ancaman ini.

Etika menjadi isu utama dalam penggunaan deepfake. Banyak orang menganggap penggunaan wajah atau suara seseorang tanpa izin sebagai pelanggaran privasi, bahkan penipuan.

Dari sudut pandang etika, teknologi ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah adil dan bermoral

menggunakan identitas seseorang, walau hanya dalam bentuk digital, untuk tujuan tertentu? Bagi beberapa kalangan, batas antara kreativitas dan manipulasi sulit ditentukan.

Teknologi deepfake, yang awalnya menjanjikan untuk dunia kreatif, kini menghadapi tantangan besar terkait dampaknya terhadap masyarakat.

Deepfake adalah pedang bermata dua: di satu sisi, ia membuka peluang eksplorasi kreatif tanpa batas, sementara di sisi lain, ia menimbulkan tantangan dalam hal etika, privasi, dan kepercayaan publik.

Tanggung jawab penggunaan teknologi ini ada pada para kreator—ketika digunakan secara bijaksana, deepfake bisa menjadi alat inovatif; namun jika disalahgunakan, ia berpotensi merugikan banyak pihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber