Mengapa Segmen Motor Retro Klasik Gagal? Honda Menolak Bergabung
Segmen Motor Retro Klasik --Foto: tangkapan layar youtube.com @FUSE BOX MOTO
PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Di tengah kemajuan teknologi dan variasi produk yang semakin melimpah, industri otomotif tidak ketinggalan dalam menawarkan berbagai pilihan kendaraan bagi konsumen.
Dari motor sport yang bertenaga hingga skuter matic yang praktis, semuanya tersedia di pasar dengan harga yang bervariasi. Namun, di antara berbagai segmen tersebut, ada satu segmen yang tidak begitu mendapat perhatian dari konsumen: segmen motor retro klasik.
Pada dasarnya, motor-motor retro klasik menawarkan gaya dan nuansa yang klasik serta nostalgia. Namun, mengapa meskipun terdapat minat dari sebagian konsumen, segmen ini masih dianggap gagal dan tidak mendapat perhatian yang cukup? Bahkan pabrikan besar seperti Honda pun tampaknya enggan untuk turut serta dalam segmen ini.
Di Indonesia, budaya modifikasi kendaraan memiliki tempat yang cukup tinggi. Kreativitas masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, dalam memodifikasi kendaraan mereka sangat tinggi.
BACA JUGA:Yamaha Fino Final Edition: Pesona Retro yang Terbatas, Eksklusifitas dalam 999 Unit
Pada era 2007-an hingga awal 2010-an, tren modifikasi motor cafe racer sedang naik daun. Banyak anak muda yang menyukai gaya retro klasik pada motor mereka, seperti yang ditunjukkan dengan modifikasi motor Honda Tiger dan Supra X.
Pada saat itu, Royal Enfield, sebuah merek motor asal India dengan gaya klasik Inggris, mulai memasuki pasar Indonesia. Meskipun pada awalnya harganya cukup tinggi, namun marketing yang agresif dari Royal Enfield berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap motor-motor retro klasik.
Namun, harganya yang tinggi membuat sebagian besar konsumen lebih memilih untuk memodifikasi motor mereka sendiri dengan gaya retro klasik.
Melihat minat konsumen akan gaya retro klasik, produsen mulai melirik segmen ini dengan harga yang lebih terjangkau. Kawasaki menjadi salah satu produsen yang meluncurkan motor retro klasik pertama, W175, pada tahun 2017. Meskipun demikian, motor ini tidak sepenuhnya berhasil karena beberapa alasan.
BACA JUGA:7 Alasan menarik dibalik mahalnya harga mobil klasik dan Retro
Pertama, meskipun memiliki desain yang menggoda, Kawasaki W175 dianggap kurang memiliki standar kualitas yang tinggi. Beberapa fitur penting seperti standar tengah tidak dipasang secara default, dan mesinnya dianggap kurang bertenaga untuk ukuran motor retro klasik. Selain itu, kendala lainnya adalah harga yang relatif masih terlalu tinggi untuk sebagian konsumen.
Kemudian, Yamaha turut meramaikan segmen ini dengan meluncurkan XSR155 pada tahun 2019. Motor ini, meskipun memiliki desain yang menarik, juga menghadapi tantangan serupa dengan W175. Harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan kompetitornya membuatnya kurang diminati oleh sebagian besar konsumen.
Kendati demikian, motor-motor retro klasik seperti W175 dan XSR155 tetap memiliki pangsa pasar mereka sendiri. Meskipun tidak begitu laris, tetapi mereka cukup sering terlihat di jalan. Meskipun demikian, fenomena ini tidak cukup untuk menarik minat pabrikan besar seperti Honda untuk turut serta dalam segmen ini.
Honda, sebagai salah satu pemain besar dalam industri otomotif, memiliki strategi pasar yang berbeda. Mereka lebih fokus pada segmen yang memiliki potensi penjualan yang besar, seperti motor matic dan sport. Segmen retro klasik mungkin dianggap sebagai segmen yang kurang menjanjikan dalam hal penjualan oleh Honda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: youtube.com @fuse box moto