Dilema Baterai Mobil Listrik: Nikel vs LFP - Mana yang Lebih Unggul?
Dilema Baterai Mobil Listrik: Nikel vs LFP - Mana yang Lebih Unggul?-- youtube.com/@najwa shihab
PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Debat sengit seputar bahan baku baterai untuk mobil listrik mengemuka setelah isu persaingan antara material nikel dan tren baru baterai Lithium Iron-Phosphate (LFP).
Seiring perkembangan ini, penting bagi kita untuk fokus pada pencarian solusi terbaik daripada terjebak dalam politisasi yang hanya menguntungkan kelompok tertentu.
Indonesia, sebagai produsen nikel terbesar, memiliki peluang besar dalam industri baterai mobil listrik. Namun, tren global menunjukkan pergeseran ke arah penggunaan baterai jenis LFP.
Mengapa nikel mulai ditinggalkan? Beberapa alasan mendorong produsen mobil untuk beralih ke baterai berjenis LFP.
BACA JUGA:Harga Mobil Listrik MG4 EV Turun Banyak, Ini Spesifikasi Yang Perlu Dipertimbangkan
Wuling di Indonesia telah mengadopsi baterai LFP dalam semua mobil listriknya, sementara Hyundai masih setia pada baterai berbasis nikel.
BYD, perusahaan asal China yang baru-baru ini memasuki pasar Indonesia, juga memilih baterai LFP. Perbedaan utama antara baterai lithium-ion dan LFP terletak pada komposisi bahan penyusun katoda dan anoda.
Baterai nikel memiliki umur pakai lebih pendek, namun memiliki energy density yang lebih tinggi. Meskipun begitu, baterai LFP memiliki keunggulan keamanan dengan sifat yang tidak mudah meledak dan cairan yang tidak menggelembung saat bocor atau rusak.
Sementara baterai berbasis nikel, seperti NMC battery, memiliki risiko kebakaran yang lebih tinggi, meskipun pabrikan seperti Tesla telah mengimplementasikan teknologi manajemen suhu untuk mengatasi hal ini.
Keunggulan lain dari LFP battery adalah masa pakainya yang lebih lama, mencapai 2.000 hingga 3.000 siklus, dibandingkan dengan masa pakai NMC battery yang berkisar antara 1.000 hingga 1.500 siklus.
Dengan pemakaian harian, baterai LFP dapat bertahan antara enam hingga sepuluh tahun, sementara NMC battery hanya mampu bertahan hingga lima tahun.
Mengingat kondisi di Indonesia, negara ini memiliki keduanya, nikel dan fero, sebagai bahan baku.
Namun, pemerintah lebih condong ke arah nikel untuk pembuatan baterai. Di tingkat global, China menjadi pemimpin dalam penggunaan bahan baku fero, sementara Eropa, Amerika, dan Korea masih memilih nikel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber