Meskipun Hikikomori paling sering dikaitkan dengan remaja dan orang muda, fenomena ini juga terjadi pada individu dewasa dan bahkan lanjut usia. Ada kasus Hikikomori yang berusia di atas 40 tahun.
BACA JUGA:Peletakan Batu Pertama Gedung Pemuda Sport Center oleh Menpora RI Dito Ariotedjo
BACA JUGA:Gubernur Sumsel Herman Deru Minta RSUD Fatimah Tingkatkan SDM Unggulan
3. Penyebab yang Multifaktor
Hikikomori bisa dipicu oleh berbagai faktor seperti tekanan akademik yang tinggi, masalah keluarga, isolasi sosial, gangguan mental, dan kesulitan beradaptasi dengan masyarakat. Banyak faktor ini bisa saling berkaitan dan berkontribusi pada fenomena ini.
4. Dampak Ekonomi
Hikikomori memiliki dampak ekonomi yang signifikan di Jepang. Para Hikikomori sering kali mengandalkan dukungan finansial dari orang tua atau anggota keluarga lainnya, yang berarti ada beban ekonomi tambahan pada keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
BACA JUGA:Permainan Kelereng: Permainan Zaman Dulu Sebelum Gadget Menyerang
BACA JUGA:Ringkasan Bab 7 Filosofi Teras : Hidup Diantara Orang yang Menyebalkan
5. Stigma Sosial
Hikikomori masih dianggap sebagai stigma sosial di Jepang. Orang-orang yang mengalami fenomena ini sering menghadapi diskriminasi dan pengucilan dari masyarakat. Ini membuat mereka sulit untuk mencari bantuan dan dukugan yang mereka butuhkan.
6. Pengaruh Budaya
Beberapa ahli berpendapat bahwa faktor-faktor budaya seperti nilai-nilai kolektivisme, kompetisi yang tinggi dan tekanan untuk mematuhi norma sosial, dapat berperan dalam munculnya fenomena Hikikomori di Jepang.
BACA JUGA:Tanggulangi Kebakaran, Pemkot Palembang Panggil PLN
BACA JUGA:Semua Orang Punya Jin Qorin, Ada yang Sudah Mengenalnya?
7. Upaya Pemerintah