Mengulas Suku Basemah Pagaralam! Miliki Tulisan Kuno Yang Unik

Kamis 27-07-2023,14:03 WIB
Reporter : Hanida Syafrina
Editor : Hanida Syafrina

PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Kota Pagaralam merupakan kota kecil di Sumatera Selatan yang memiliki sejarah menarik dan unik. Kota yang berada di kaki gunung Dempo ini selain cantik, dingin juga kaya akan sejarah suku Basemah yang sampai sekarang menjadi cikal bakal kehidupan masyarakat Pagaralam.

Kehidupan masyarakat Pagaralam, berasal dari suku Basemah, yang meliputi wilayah Pagaralam, Empatlawang, Lahat dan OKU Selatan. Secara umum masyarakat suku Basemah hidup di kaki gunung berapi yakni gunung Dempo. Suku yang mendiami wilayah-wilayah ini, diperkirakan hidup pada abad 17 sampai 19 masehi.

Zaman dulu, suku Basemah ini memiliki huruf atau tulisan sendiri yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh budayawan dan pecinta budaya Basemah. Aksara atau tulisan huruf basemah ini disebut juga masuk ke dalam wilayah aksara ulu, atau aksara Kaganga dan aksara rencong.

Aksara ini, digunakan sebagai bahasa komunikasi dan tulisan peraturan perangkat pemerintah saat itu yang ditulis di kulit bambu, kulit kayu bahkan di tulis di tanduk binatang. Layaknya naskah-naskah kuno di seluruh dunia, biasanya memang belum menemukan kertas. Jadi kulit hewan atau kulit kayu menjadi pilihan, termasuk tinta yang digunakan. 

BACA JUGA:Mengelola Keuangan: Tips untuk Meraih Stabilitas Finansial

BACA JUGA:Seorang Pelajar di Palembang Dipukul dengan Kayu oleh Tetangga, Ibunda Langsung Laporkan ke Polisi

Disebut termasuk aksara ulu, karena aksara ini digunakan masyarakat yang tinggal di bagian hulu Sungai Musi, termasuk wilayah Pagaralam Sumatera Selatan.

Keberadaan huruf basemah ini, menunjukan bahwa nenek moyang zaman dulu sudah mengenal huruf untuk melakukan komunikasi. Uniknya, kala itu masyarakat basemah sudah terbiasa menulis di  kulit bambu (gelumpai) atau kulit kayu (kakhas). Jadi beberapa peninggalan berupa bukti tulisan basemah ditemukan di gulungan kulit kayu yang dilipat-lipat. 

Menurut para ahli, aksara ulu yang merupakan aksara basemah dulunya diturunkan dari aksara bernama pallawa dan aksara kami yang pada zaman kerajaan Sriwijaya sudah digunakan masyarakat untuk melakukan komunikasi.

Aksara ini diperkirakan berkembang sejak abad 12 masehi dan tetap dipakai selama abad 17 sampai abad 19 masehi. Sistim aksara ulu disebut mirip huruf India, dimana menggunakan satu suku kata. Terdapat 19 huruf dari aksara ulu ini.

BACA JUGA:Ringkasan Bab 1 Filosofi Teras : Survey Khawatir Nasional

BACA JUGA:Manfaat Kopi Tunggal atau Kopi Lanang, Penuh Rasa Dahsyat dan Nikmat

Sebagai bukti peninggalan sejarah, aksara ulu ini banyak ditemui pada naskah penting, seperti penulisan mantera, penulisan tentang pengobatan atau naskah strategi perang. Tulisan ini ada pada kulit pohon, kulit bambu bahkan tanduk binatang. Bukti sejarah ini dapat ditemui pada koleksi museum Balaputera Dewa di Palembang.

Menurut cerita, wilayah Besemah atau Pasemah atau Pagaralam, didirikan oleh seorang keturunan Majapahit yang dijuluki Ratu Atung Bungsu. Meskipun disebut ‘ratu’ namun Atung Bungsu tidak dipastikan apakah laki-laki atau perempuan

Menurut legenda yang beredar. Rombongan Atung Bungsu dan keluarga nya datang ke tempat pedalaman Sumatera Selatan. Di tempat pinggiran sungai Lematang yang memiliki ari jernih. Banyak terdapat ikan semah atau sejenis ikanmas.

Kategori :