PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Pahlawan Nasional bukan sekadar bentuk penghargaan negara, tetapi juga simbol nilai yang ingin diwariskan kepada generasi mendatang.
Oleh karenanya, penetapan sosok yang memperoleh gelar Pahlawan Nasional sering menimbulkan perdebatan, terutama ketika menyangkut figur yang memiliki rekam jejak panjang dalam sejarah.
Sejumlah nama kembali mengemuka. Salah satunya Presiden RI ke-2, Soeharto, memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Sebagian warga menilai gelar tersebut belum layak diberikan, namun ada pula yang menilai jasa Soeharto bagi Indonesia cukup besar.
BACA JUGA:Ribuan Warga Padati Monpera, Aksi Bela Palestina Jilid V Himpun Donasi Rp354 Juta
BACA JUGA:Mobil Tangki Solar Terbakar di Area Perkebunan Karet, Terdengar Empat Kali Ledakan
Zaki, Gen-Z Palembang, Minggu (9/11/2025).-Hafid Zainul-PALTV
Salah seorang warga Palembang, khususnya Gen Z, Zaki menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap usulan tersebut.
Menurutnya, gelar pahlawan seharusnya diberikan kepada sosok yang benar-benar menyelamatkan bangsa dan diakui tanpa paksaan oleh rakyat.
“Saya tidak berada di generasi Soeharto, tapi bagi saya pahlawan itu orang yang berjasa menyelamatkan sekelompok orang dari bahaya atau krisis. Di pemerintahan Soeharto, dia menyelamatkan Indonesia dari krisis bagaimana?” tanya Zaki.
Zaki menilai, selama lebih dari tiga dekade pemerintahan Soeharto, kebebasan berekspresi justru terbatas, suara-suara kritis dibungkam, dan terjadi pelanggaran HAM berat.
BACA JUGA:Opsen PKB dan BBNKB Ditargetkan Sumbang PAD Palembang Rp474 Miliar
BACA JUGA:Ulang tahun ke 10, Eagle Learning Center gelar Eagle Color Run 2025
“Media dibungkam, kebebasan rakyat untuk bersuara hilang, rakyat muak hingga terjadi reformasi. Krisis makin terjadi. Jadi, saya tidak setuju jika Soeharto dijadikan pahlawan nasional,” ujar Zaki.
Yan Coga, Ketua Koalisi Aktivis Rakyat Bawah, Minggu (9/11/2025).-Hafid Zainul-PALTV