BACA JUGA:Siswa SD di PAlembang Laksanakan ANBK
Menariknya, platform mendatang ini juga kabarnya akan menyertakan sistem verifikasi identitas.
Jika seorang pengguna memilih untuk memverifikasi dirinya, model dapat membuat video dengan menggunakan kemiripan wajah mereka.
Pengguna lain kemudian bisa menandai atau membuat ulang (remix) kemiripan itu dalam klip AI mereka sendiri.
Untuk mencegah penyalahgunaan, OpenAI dikabarkan akan mengirimkan notifikasi kepada individu setiap kali citra mereka digunakan, bahkan jika videonya tidak dipublikasikan secara umum.
Sistem ini juga akan memiliki pembatasan tertentu. Wired mencatat bahwa model OpenAI mungkin memblokir beberapa output karena masalah hak cipta.
BACA JUGA:Terdakwa Pembunuh Polisi di Kabupaten Lahat di Vonis Mati
BACA JUGA:Beli Motor Mio di Marketplace, Nur Malah Jadi Korban Penipuan
Namun, masih ada pertanyaan mengenai seberapa kuat langkah perlindungan ini.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa alih-alih meminta izin dari pemegang hak cipta terlebih dahulu, OpenAI akan mengharuskan mereka untuk opt-out jika tidak ingin kontennya muncul dalam video Sora 2.
Motivasi di balik langkah ini tampaknya lebih dari sekadar memamerkan kemampuan AI.
Para pengamat menilai bahwa OpenAI mungkin ingin memanfaatkan ketidakpastian mengenai masa depan TikTok di Amerika Serikat.
Dengan ByteDance terus mendapat tekanan dari pemerintahan Trump untuk merestrukturisasi bisnisnya di AS, OpenAI bisa jadi melihat peluang untuk mendorong alternatifnya sendiri.
Pada saat yang sama, mengaitkan Sora 2 dengan platform sosial khusus dapat membantu OpenAI menjaga pengguna tetap berada dalam ekosistemnya dan mengurangi kemungkinan mereka beralih ke alat pembuat video lain.