Dalam beberapa kasus, aparat berhasil menangkap pelaku yang mengintip ratusan perempuan lewat webcam dan mencuri konten pribadi mereka untuk disebarluaskan.
modus hacker curi data perusahaan raksasa--foto: ai chat gpt
Ancaman ini tak hanya datang dari program bajakan. Koneksi Wi-Fi gratis yang banyak tersedia di tempat umum pun bisa menjadi jebakan. Saat perangkat pengguna terhubung ke jaringan publik, peretas dapat menyadap koneksi dan mengintip seluruh aktivitas digital yang dilakukan. Ibaratnya seperti berbicara berbisik, tapi ternyata didengar oleh orang ketiga tanpa disadari.
Meski ancaman peretasan kian kompleks, upaya untuk meningkatkan keamanan siber juga terus berkembang. Banyak perusahaan kini rutin memperbarui sistem mereka untuk menutup celah yang mungkin dimanfaatkan oleh peretas.
Bahkan, beberapa perusahaan besar mengadakan sayembara untuk menemukan kelemahan sistem mereka, dengan hadiah hingga miliaran rupiah. Ini dilakukan sebagai upaya proaktif untuk mencegah serangan sebelum terjadi.
Namun pada akhirnya, secanggih apapun teknologi keamanan yang digunakan, faktor manusia tetap menjadi kunci utama. Kasus mahasiswa peretas tadi menjadi contoh nyata.
Ia tidak menggunakan alat supercanggih atau metode rumit, melainkan hanya berpura-pura menjadi karyawan dan berhasil mendapatkan akses ke sistem karena kemampuannya dalam bersikap meyakinkan.
Pelajaran dari semua ini jelas: berhati-hatilah dalam menggunakan perangkat lunak, jangan sembarangan mengklik tautan yang mencurigakan, hindari menggunakan Wi-Fi publik untuk hal penting, dan selalu lakukan pembaruan sistem secara berkala. Karena dalam dunia digital, kewaspadaan adalah bentuk pertahanan terbaik.